TANDA-TANDA DAN PETUNJUK BERSIFAT
BAIK
Oleh
: Bertha Pantouw
SIMBOL-SIMBOL DASAR ORANG MINAHASA
Apakah
sebenarnya simbol-simbol itu? Ernest Cassirer dalam bukunyaAn Essay
on Man telah menggambarkan, bahwa manusia adalah animal
symbolicum, yaitu berada dalam suatu dunia simbolis yang
mengelilinginya. Menceritakan tentang keadaan tempat tinggal pada masa lampau,
kepemimpinan dan religi, telah masuk pada dunia simbol. Dari simbol-simbol itu
kita dapat memahami sistem nilai yang berlaku pada masa lampau (Zeitgeist) “Orang
Minahasa”. Jika religi pribumi sebagaimana yang tergambar dalam
beberapa tanda di Batu Pinabetengan termasuk dalam kebudayaan, maka dari
batu itulah juga dapat tergambar suatu learning proses dari
“Orang Minahasa” karena fungsi symbolic yang melekat pada
manusia adalah beranjak dari : Mitos, Religi, Bahasa, Seni, Sejarah dan pada
akhirnya membentuk Ilmu (pengetahuan).
SIMBOL-SIMBOL
Ada empat unsur terdapat pada
simbol-simbol :
Simbol = tanda
Simbol = yang bersifat abstrak
Simbol = yang bukan merupakan
rangsangan mutlak
Simbol = merupakan konsep bermakna.
Simbol-simbol
yang terdapat dalam Batu Pinabetengan yang akan dibicarakan adalah yang berupa
tanda-tanda, yang masih jelas terlihat. Mariolijn Groustra, seorang ahli
gambar-gambar isoteric dan seorang ahli agama-agama lama, juga
seorang cicit dari J.G.Schwarz, menunjukkan tiga tanda yang penting yang
terdapat di batu Pinabetengan , yaitu:
Dari seluruh cerita batu Pinabetengan dapat
disimpulkan bahwa: Disitu adalah pusat dari religi pribumi. Kemudian batu itu
menjadi simbol dari keseimbangan dari para subetnik yang datang kemudian. Jadi
pencampuran etnik untuk “Orang Minahasa” bukanlah sesuatu yang baru.
Menerima etnik lain adalah suatu yang lumrah.
Perlu dicatat bahwa batu Pinabetengan itu
diketahui pertama kali sebagai tempat pemujaan dari religi pribumi “Orang
Minahasa” oleh J.G.Schwarz, penginjil Nederlandsche Zendeling Genootschap (NZG)
yang bertugas di daerah Langoan dan sekitarnya di tahun 1832.
Batu ini dicarikan maknanya oleh JAT. Schwarz
anak J.G. Schwarz yang kemudian bertugas juga sebagai seorang penginjil yang
mengelola daerah Sonder dan sekitarnya.
Simbol yang terpenting yang berguna sampai
saat ini, adalah simbol pertama dan simbol yang kedua. Yaitu simbol air dan
simbol energi sebagai simbol kekuatan dan keseimbangan.
PENUTUP
Prichard Evans (1984) seorang ahli religi
pribumi dari Inggris membagi ciri religi pribumi, dengan agama moderen ke dalam
mistik material dan mistik spiritual. Namun menurut penulis pembagian ini tidak
terlalu tepat, karena pada hakekatnya agama moderen pun sekarang ini lebih
jelas terlihat mempunyai ciri materialnya yaitu perkembangan ekonomi.
Maka jelas apa yang dikatakan oleh Ernest
Cassirer bahwa manusia sebagai animal symbolicum punya sarana untuk mengatasi
suatu ruang dan waktu, sesuai dengan apa yang dinamakan zeitgeist atau jiwa
zamannya. Bila pada masa lampau simbol-simbol religi pribumi “Orang Minahasa”
tergambar pada simbol-simbol energi (kekuatan) keseimbangan secara individu,
untuk menggalang kekuatan etnik, serta pada simbol air, maka sekarang ini kedua
simbol itu pun tetap tercermin, dikala Minahasa telah punya agama moderen.Hanya
ruang, dari simbol kekuatan/energi itu tidak lagi tertempel pada batu
Pinabetengan, tetapi simbol itu melekat pada danau Tondano.
Pada danau Tondano sekarang ini, melekat
simbol lama yaitu : AIR, sebagai pemberi energi yang lebih besar yaitu simbol
moderen: ENERGI yang sesuai dengan zeitgeist berarti pembangkit energi listrik
guna kepentingan pembangunan di Minahasa.
Simbol-simbol yang terdapat di danau Tondano
adalah terikat dalam solidaritas kehidupan Minahasa. Keunikannya, simbol danau
Tondano untuk Minahasa punya makna emosional dan sekaligus rasional. Dapat
mengkomunikasikan antar manusia, dan juga punya roh sebagai tenaga penggerak
[energi] untuk membangun Minahasa dalam zeitgeist
millennium ke tiga. Simbol budaya
masa lampau yaitu AIR dan ENERGI tergambar pula pada danau Tondano. (Selesai)
KEPUSTAKAAN
Cassirer Ernest (Tanpa tahun &
Penerbit) An Essay on Man, New York,
Mc.Millan.Foster G.M. (ed) (1967),
Peasant Society: New York: Little Brown.
Jones. G (1977), Demography of
North Celebes, Australia : Monash University.
Kartodirdjo, Sartono,ed., (1977)
Masyarakat Kuno dan Kelompok-kelompok Sosial,Jakarta : PT.Gramedia.
Lapian. A.B. (1989), Resistance to
Western Penetration and Dominance, Historical Development- in Minahasa North
Sulawesi,Japan Centre for South East Asia Studies: Kyoto – University.
Molsbergen Godee E.C. (1928) Geschiedenis
van de Minahasa tot 1829, Weltevreden Landsdrukkerij.
Pantouw. A. (1928), Minahasa lama dan
Baru, Manadosche Drukkerij.
Prichard Evans (1984), Teori-teori
tentang agama primitif : Yogyakarta:
Terjemahan PLP2M.
Riedel J.G.F. (1872), De Minahasa in
1825. Bijdrage tot de Kennis van Noord- Celebes: TBG : 458-568.
Schwarz. J.A.T. (1904), Tontemboansche
Teksten. Holland : Brill E.G.
Interview: Mariolijn
Groustra, ahli gambar agama-agama tua, Leiden Universiteit, mengunjungi
Batu Pinabetengan tahun 1994. (ahli gambar Isoteric).
No comments:
Post a Comment