Tuesday, 18 November 2014

SIMBOL-SIMBOL DASAR KEBUDAYAAN MINAHASA [2]

TANDA-TANDA DAN PETUNJUK BERSIFAT BAIK
Oleh : Bertha Pantouw



SIMBOL-SIMBOL DASAR ORANG MINAHASA

Apakah sebenarnya simbol-simbol itu?  Ernest Cassirer dalam bukunyaAn Essay on  Man  telah menggambarkan, bahwa manusia adalah animal symbolicum, yaitu berada dalam suatu dunia simbolis yang mengelilinginya. Menceritakan tentang keadaan tempat tinggal pada masa lampau, kepemimpinan dan religi, telah masuk pada dunia simbol. Dari simbol-simbol itu kita dapat memahami sistem nilai yang berlaku pada masa lampau (Zeitgeist) “Orang Minahasa”. Jika religi  pribumi sebagaimana yang tergambar dalam beberapa tanda di Batu Pinabetengan termasuk dalam kebudayaan, maka dari  batu itulah juga dapat tergambar suatu learning proses dari “Orang Minahasa” karena fungsi symbolic yang melekat pada manusia adalah beranjak dari : Mitos, Religi, Bahasa, Seni, Sejarah dan pada akhirnya membentuk Ilmu (pengetahuan).

SIMBOL-SIMBOL

Ada empat unsur terdapat pada simbol-simbol :

Simbol =  tanda
Simbol =  yang bersifat abstrak
Simbol = yang bukan merupakan rangsangan mutlak
Simbol = merupakan konsep bermakna.

Simbol-simbol yang terdapat dalam Batu Pinabetengan yang akan dibicarakan adalah yang berupa tanda-tanda, yang masih jelas terlihat. Mariolijn Groustra, seorang ahli gambar-gambar isoteric dan seorang ahli agama-agama lama, juga seorang cicit dari J.G.Schwarz, menunjukkan tiga tanda yang penting yang terdapat di batu Pinabetengan , yaitu:
Dari seluruh cerita batu Pinabetengan dapat disimpulkan bahwa: Disitu adalah pusat dari religi pribumi. Kemudian batu itu menjadi simbol dari keseimbangan dari para subetnik yang datang kemudian. Jadi pencampuran etnik untuk  “Orang Minahasa” bukanlah sesuatu yang baru. Menerima etnik lain adalah suatu yang lumrah.
Perlu dicatat bahwa batu Pinabetengan itu diketahui pertama kali sebagai tempat pemujaan dari religi pribumi “Orang Minahasa” oleh J.G.Schwarz, penginjil Nederlandsche Zendeling Genootschap (NZG) yang bertugas di daerah Langoan dan sekitarnya di tahun 1832.
Batu ini dicarikan maknanya oleh JAT. Schwarz anak J.G. Schwarz yang kemudian bertugas juga sebagai seorang penginjil yang mengelola daerah Sonder dan sekitarnya.
Simbol yang terpenting yang berguna sampai saat ini, adalah simbol pertama dan simbol yang kedua. Yaitu simbol air dan simbol energi sebagai simbol kekuatan dan keseimbangan.

PENUTUP

Prichard Evans (1984) seorang ahli religi pribumi dari Inggris membagi ciri religi pribumi, dengan agama moderen ke dalam mistik material dan mistik spiritual. Namun menurut penulis pembagian ini tidak terlalu tepat, karena pada hakekatnya agama moderen pun sekarang ini lebih jelas terlihat mempunyai ciri materialnya yaitu perkembangan ekonomi.
Maka jelas apa yang dikatakan oleh Ernest Cassirer bahwa manusia sebagai animal symbolicum punya sarana untuk mengatasi suatu ruang dan waktu, sesuai dengan apa yang dinamakan zeitgeist atau jiwa zamannya. Bila pada masa lampau simbol-simbol religi pribumi “Orang Minahasa” tergambar pada simbol-simbol energi (kekuatan) keseimbangan secara individu, untuk menggalang kekuatan etnik, serta pada simbol air, maka sekarang ini kedua simbol itu pun tetap tercermin, dikala Minahasa telah punya agama moderen.Hanya ruang, dari simbol kekuatan/energi itu tidak lagi tertempel pada batu Pinabetengan, tetapi simbol itu melekat pada danau Tondano.
Pada danau Tondano sekarang ini, melekat simbol lama yaitu : AIR, sebagai pemberi energi yang lebih besar yaitu simbol moderen: ENERGI yang sesuai dengan zeitgeist berarti pembangkit energi listrik guna kepentingan pembangunan di Minahasa.
Simbol-simbol yang terdapat di danau Tondano adalah terikat dalam solidaritas kehidupan Minahasa. Keunikannya, simbol danau Tondano untuk Minahasa punya makna emosional dan sekaligus rasional. Dapat mengkomunikasikan antar manusia, dan juga punya roh sebagai tenaga penggerak [energi] untuk membangun Minahasa dalam zeitgeist millennium ke tiga. Simbol budaya masa lampau yaitu AIR dan ENERGI tergambar pula pada danau Tondano. (Selesai)

KEPUSTAKAAN
Cassirer Ernest (Tanpa tahun & Penerbit) An Essay on Man, New York,
Mc.Millan.Foster G.M. (ed) (1967), Peasant Society: New York: Little Brown.
Jones.  G (1977), Demography of North Celebes,  Australia : Monash University.
Kartodirdjo, Sartono,ed., (1977) Masyarakat Kuno dan Kelompok-kelompok Sosial,Jakarta : PT.Gramedia.
Lapian. A.B. (1989), Resistance to Western Penetration and Dominance, Historical Development- in Minahasa North Sulawesi,Japan Centre for South East Asia Studies: Kyoto – University.
Molsbergen Godee E.C. (1928) Geschiedenis van de Minahasa tot 1829,  Weltevreden Landsdrukkerij.
Pantouw. A. (1928), Minahasa lama dan Baru, Manadosche Drukkerij.
Prichard Evans (1984), Teori-teori tentang agama primitif : Yogyakarta:
Terjemahan  PLP2M.
Riedel J.G.F. (1872), De Minahasa in 1825. Bijdrage tot de Kennis van Noord- Celebes: TBG : 458-568.
Schwarz. J.A.T. (1904), Tontemboansche Teksten. Holland : Brill E.G.
Interview: Mariolijn Groustra, ahli gambar agama-agama tua, Leiden Universiteit, mengunjungi Batu  Pinabetengan tahun 1994. (ahli gambar Isoteric).

No comments:

Post a Comment