Friday, 28 November 2014

ASAL-USUL KATA KAWANUA

ARTI KATA KAWANUA
(Cerita Taranak dan Walak Minahasa)


Dalam bahasa Minahasa, Kawanua sering di artikan sebagai penduduk negeri atau wanua-wanua yang bersatu atau "Mina-Esa" (Orang Minahasa). Kata Kawanua telah diyakini berasal dari kata Wanua. Karena kata Wanua dalam bahasa Melayu Tua (Proto Melayu), diartikan sebagai wilayah pemukiman. Mungkin karena beberapa ribu tahun yang lalu, bangsa Melayu tua telah tersebar di seluruh wilayah Asia Tenggara hingga ke kepulauan pasifik.
Setelah mengalami perkembangan sejarah yang cukup panjang, maka pengertian kata Wanua juga mengalami perkembangan. Tadinya kata Wanua diartikan sebagai wilayah pemukiman, kini berkembang menjadi desa, negeri bahkan dapat diartikan sebagai negara.
Sementara dalam bahasa Minahasa, kata Wanua diartikan sebagai negeri atau desa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa istilah Wanua - yang diartikan sebagai tempat pemukiman - sudah digunakan sejak orang Minahasa masih merupakan satu taranak ketika berkediaman di pegunungan Wulur-Mahatus, yang kemudian mereka terbagi menjadi tiga kelompok Taranak, masing-masing :
  1. Makarua Siouw
  2. Makatelu Pitu
  3. Telu Pasiowan

Karena sistem Taranak melahirkan bentuk pemerintahan turun-temurun, maka pada abad ke-17, terjadi suatu persengketaan antara ketiga taranak tersebut. Persengketaan terjadi karena taranak Makatelu Pitu, mengikat pernikahan dengan "Makarua Siouw", sehingga leluhur Muntu-untu dan Mandey dari "Makatelu Pitu" muncul sebagai kelompok Taranak yang terkuat dan memegang pemerintahan pada seluruh Wanua - yang waktu itu terdiri dari :
  • Tountumaratas
  • Tountewu
  • Toumbuluk

Dengan bertambahnya penduduk Minahasa, maka Tountumaratas berkembang menjadi Tounkimbut dan Toumpakewa. Untuk menyatakan kedua kelompok itu satu asal, maka dilahirkan suatu istilah Pakasa’an yang berasal dari kata Esa. Pakasa’an berarti satu yakni, Toungkimbut di pegunungan dan Toumpakewa di dekat pantai.
Lalu istilah Walak dimunculkan kembali. Perkembangan selanjutnya nama walak-walak tua di wilayah Tountemboan berganti nama menjadi walak Kawangkoan Tombasian, Rumo’ong dan Sonder.
Kemudian kelompok masyarakat Tountewo membelah menjadi dua kelompok yakni :
  • Tounsea
  • Toundano

Menurut Drs. Corneles Manoppo, masyarakat Toundano terbelah lagi menjadi dua yakni :
  • Masyarakat yang bermukim di sekitar danau Tondano dan
  • Masyarakat "Toundanau" yang bermukim di wilayah Ratahan dan Tombatu

Masyarakat di sekitar Danau Tondano membentuk tiga walak yakni ;
  1. Tondano Touliang,
  2. Tondano Toulimambot
  3. Kakas-Remboken

Dengan hilangnya istilah Pakasaan Tountewo maka lahirlah istilah Pakasa’an Tonsea dan Pakasa’an Tondano.
Pakasa’an Tonsea terdiri dari tiga walak yakni ; Maumbi, Kema dan Likupang. Abad 18, Tounsea hanya mengenal satu hukum besar (Mayor) atau "Hukum Mayor", wilayah Maumbi, Likupang dan Kema di perintah oleh Hukum kedua, sedangkan Tondano memiliki banyak mayor-mayor.
Masyarakat Tombuluk sejak jaman Watu Pinawetengan abad ke-7, tetap utuh satu Pakasa’an yang terdiri dari tiga walak yakni ; Tombariri, Tomohon dan Sarongsong.
Dengan demikian istilah Wanua berkembang menjadi dua pengertian yaitu : Ro’ong atau negeri. Pengertian sempit, artinya Negeri yang sama dengan Ro’ong (desa atau kampung). Jadi, kata Wanua, memiliki dua unsur yaitu : Ro’ong atau negeri dan Taranak atau penduduk. Ro’ong itu sendiri memiliki unsur : Wale, artinya rumah dan Tana. Kata Tana dalam bahasa Minahasa punya arti luas yaitu mencakup Talun (hutan), dan Uma (kebun atau kobong).
Kobong terbagi menjadi dua yaitu : "kobong kering" dan "kobong pece" (sawah). Kalau kita amati penggunaan kata Wanua dalam bahasa Minahasa, misalnya ada dua orang yang bertempat tinggal di desa yang sama kemudian bertemu di hutan.

Si A bertanya pada si B:"Mange wisa" (mau kemana ?)
Kemudian B menjawab: "Mange witi uma" (pergi ke kobong),
si B balik bertanya pada si A:"Niko mange wisa" (kamu hendak kemana ?)
si A menjawab: "Mange witi Wanua" (mau ke negeri, maksudnya ke kampung dimana ada rumah-rumah penduduk).
Contoh lain adalah kata "Mina - Wanua". Kata " Mina" artinya, pernah ada tapi sekarang sudah tidak ada. Maksudnya, tempo dulu di tempat itu ada negeri dan sekarang sudah tidak ada lagi (negeri lama) karena negeri itu telah berpindah ke tempat lain. Kata "Mina Amak " (Amak = Bapak) adalah sebutan pada seseorang lelaki dewasa yang dahulu ada tapi sekarang sudah tidak ada, karena meninggal.
Kata Wanua yang punya pengertian luas dapat kita lihat pada kalimat "Rondoren um Wanua...". Kata Wanua dalam kalimat ini artinya; Negeri-negeri di Minahasa dan tidak berarti hanya satu negeri saja. Maksudnya melakukan pembangunan di seluruh Minahasa. Jadi sudah termassuk negeri-negeri dari walak-walak dan pakasa’an yang didiami seluruh etnis atau sub-etnis Minahasa.
Jadi dapat dilihat bahwa pengertian utama dari kata Wanua lebih mengarah pada pengertian sebagai wilayah adat dari Pakasa’an (kesatuan sub-etnis) yang sekarang terdiri dari kelompok masyarakat yang mengaku turunan leluhur Toar dan Lumimu’ut. Turunan dalam arti luas termasuk melalui perkawinan dengan orang luar, Spanyol, Belanda, Ambon, Gorontalo, Jawa, Sumatera dan sebagainya.
Orang Minahasa boleh mendirikan Wanua diluar Minahasa, tapi orang Tombulu tidak boleh mendirikan negeri Tombulu di wilayah Tontemboan atau sebaliknya. Inilah yang dimaksud dengan adat kebiasaan. Meletakkan "Watu I Pe-ro’ong" atau batu rumah menjadi negeri yang baru dilakukan oleh Tona’as khusus, misalnya, bergelar Mamanua (Ma’Wanua = Pendiri Negeri) yang tau batas-batas wilayah antara walak yang satu dengan walak yang lain, jangan sampai salah tempat hingga terjadi perang antara walak.
Setelah meneliti arti kata Wanua dari berbagai segi, kita teliti arti awalan Ka pada kata Kawanua. Beberapa awalan pada kata Ka-rete (rete=dekat) berdekatan rumah, artinya teman tetangga. Ka-Le’os (Le’os=baik), teman berbaik-baikan (kekasih). Kemudian kata Ka-Leong (leong=bermain) teman bermain.
Dari ketiga contoh diatas, dapat diprediksi bahwa awalan Ka memberi arti teman, jadi, Ka-wanua dapat diartikan sebagai Teman Satu Negeri, Satu Ro’ong, satu kampung. Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh melalui syair lagu "Marambak" (naik rumah baru)... "Watu tinuliran umbale Mal’lesok ungkoro’ ne Kawanua..." artinya batu tempat mendirikan tiang rumah baru, bersimbolisasi menepis niat jahat dan dengki dari teman satu negeri. Misalnya, batu rumah baru itu di Tombulu bersimbol menjauhkan dengki sesama warga Tombulu satu kampung, dan tidak ditujukan pada kampung atau walak lain misalnya Tondano dan Tonsea.
Demikian juga cerita tua-tua Minahasa dinamakan "sisi’sile ne tou Mahasa" (buku A.L Waworuntu) dan "A’asaren Ne Tou Manhesa" artinya cerita-cerita orang Minahasa. Tidak ditulis "A’asaren ne Kawanua" atau cerita orang Kawanua. Disini terlihat bahwa orang Minahasa di Minahasa tidak menamakan dirinya Kawanua. Orang Minahasa di Minahasa menamakan dirinya "Orang Minahasa" dan bukan "Orang Kawanua" selanjutnya baru diterangkan asal sub-etnisnya seperti, Tondano, Tontemboan, Tombatu dan sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa istilah Kawanua dilahirkan oleh masyarakat orang Minahasa di luar Minahasa sebagai sebutan identitas bahwa seseorang itu berasal dari Minahasa, dalam lingkungan pergaulan mereka di masyarakat yang bukan orang Minahasa, misalnya di Makasar, Balikpapan, Surabaya, Jakarta, Padang, Aceh.

Orang Minahasa yang sudah beberapa generasi berada di luar Minahasa menggunakan istilah Kawanua untuk mendekatkan diri dengan daerah asal, dan walaupun sudah kawin-mawin antara suku, masih merasa dekat dengan Wanua lalu melahirkan Jawanua, Bataknua, Sundanua, dan lain sebagainya.

ASAL-USUL MINAHASA

Minahasa berasal dari kata MINAESA yang berarti persatuan, yang mana zaman dahulu Minahasa dikenal dengan nama MALESUNG. Menurut penyelidikan dari Wilken dan Graafland bahwa pemukiman nenek moyang orang Minahasa dahulunya di sekitar pegununggan Wulur Mahatus, kemudian berkembang dan berpindah ke Mieutakan (daerah sekitar tompaso baru saat ini).


Orang Minahasa yang dikenal dengan keturunan Toar Lumimuut pada waktu itu dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu :

  1. Makarua Siow : para pengatur Ibadah dan Adat
  2. Makatelu Pitu : yang mengatur pemerintahan
  3. Pasiowan Telu : Rakyat


Berdasarkan penyelidikan Dr. J.P.G. Riedel, sekitar tahun 670 di Minahasa telah terjadi suatu musyawarah di watu Pinawetengan yang dimaksud untuk menegakkan adat istiadat serta pembagian wilayah Minahasa. Pembagian wilayah minahasa tersebut dibagi dalam beberapa anak suku, yaitu:

  • Anak suku Tontewoh (Tonsea) : wilayahnya ke timur laut
  • Anak suku Tombulu : wilayahnya menuju utara
  • Anak suku Toulour : menuju timur (atep)
  • Anak suku Tompekawa : ke barat laut, menempati sebelah timur tombasian besar


Pada saat itu  belum semua daratan minahasa ditempati, baru sampai di garisan Sungai Ranoyapo, Gunung Soputan, Gunung Kawatak, Sungai Rumbia. Nanti setelah permulaan abad XV dengan semakin berkembangnya keturunan Toar Lumimuut, dan terjadinya perang dengan Bolaang Mongondow, maka penyebaran penduduk makin meluas ke seluruh daerah Minahasa.
Hal ini sejalan dengan perkembangan anak suku sepert anak suku Tonsea, Tombulu, Toulour, Tountemboan, Tonsawang, Ponosakan dan bantik. Di Minahasa sejak dahulu tidak mengenal adanya pemerintahan yang diperintah oleh raja, Yang ada adalah :

  • Walian : Pemimpin agama / adat serta dukun
  • Tonaas : Orang keras, yang ahli dibidang pertanian, kewanuaan, mereka yang dipilih menjadi kepala walak
  • Teterusan : Panglima perang
  • Potuasan : Penasehat


Dengan lembaran Negara  Nomor 64 Tahun 1919, Minahasa di jadikan daerah otonom. Pada saat itu Minahasa terbagi dalam 16 distrik, yaitu : distrik Tonsea, Manado, Bantik, Maumbi, Tondano, Touliang, Tomohon, Sarongsong, Tombariri, Sonder, Kawangkoan, Rumoong, Tombasian, Pineleng, Tonsawang, dan Tompaso.
Tahun 1925, 16 distrik tersebut dirubah menjadi 6 distrik, yaitu : distrik Manado, Tonsea, Tomohon, Kawangkoan, Ratahan, dan Amurang. Sejalan dengan perkembangan otonomi maka tahun 1919, Kota Manado yang berada di tanah Minahasa, diberikan pula otonom menjadi Wilayah Kota manado.
Kemudian karena kemajuan yang semakin cepat, maka status kecamatan Bitung, berdasarkan Peraturan pemerintah nomor 4 Tahun 1975, Tanggal 10 April 1975, telah ditetapkan menjadi Kota Administratif Bitung, dan selanjutnya pada tahun 1982 ditetapkan menjadi Kota Bitung.
Dalam rangka untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam rentang kendali penyelenggaraan tugas pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan dan pelayanan masyarakat usulan pembentukan kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon diproses bersama-sama dengan 25 calon Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia, dan setelah melalui proses persetujuan DPR-RI, maka Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon ditetapkan menjadi Kabupaten dan Kota Otonom di Indonesia melalui UU Nomor 10 tahun 2003, tertanggal 25 Pebruari 2003.
Pada tanggal 21 Nopember 2003, dengan UU Nomor 33 Tahun 2003, Kabupaten Minahasa Utara ditetapkan  menjadi daerah otonom yang baru. Kabupaten Minahasa Selatan, pada tanggal 23 Mei 2007, juga telah memekarkan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Dengan adanya Pemekaran tersebut maka wilayah Minahasa menjadi 4 (empat) Kabupaten (Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara) dan 3 (tiga) Kota (Kota Manado, Bitung dan Tomohon).

ASAL-USUL SUKU MINAHASA

SEJARAH ASAL-USUL SUKU MINAHASA


Daerah Minahasa di Sulawesi Utara, diperkirakan pertama kali telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Para peneliti memperkirakan suku bangsa Minahasa berasal dari Formosa Taiwan, keturunan suku bangsa Austronesia dari Formosa Taiwan, yang melakukan perjalanan panjang melalui Filipina dan terus ke Sulawesi. Banyak terdapat kemiripan bahasa dari bahasa Minahasa dengan bahasa-bahasa di Formosa Taiwan.
Menurut pendapat Tandean, seorang ahli bahasa dan huruf Tionghoa Kuno, tahun 1997, melakukan penelitian pada Watu Pinawetengan. Melalui tulisan “Min Nan Tou” yang terdapat di batu itu, ia mengungkapkan, tou Minahasa diperkirakan merupakan keturunan Raja Ming, berasal dari tanah Mongolia, yang datang berimigrasi ke Minahasa.
Arti dari Min Nan Tou adalah “orang turunan Raja Ming". Tapi pendapat tersebut dianggap lemah menurut David D.S. Lumoindong, karena kalau Minahasa memang berasal dari keturunan Raja Ming, maka ilmu pengetahuan dan kebudayaan Kerajaan Ming yang sudah pada taraf maju seharusnya terlihat pada Peninggalan Arsitektur Minahasa di tahun 1200-1400, tetapi kenyataannya peninggalan atau kebudayaan zaman Ming tidak ada satupun di Minahasa, jadi pendapat Tandean lemah untuk digunakan sebagai dasar dalam penulisan Sejarah Asal-usul Suku Minahasa.
Sedangkan berdasarkan pendapat para ahli A.L.C Baekman dan M.B. Van Der Jack, orang Minahasa berasal dari ras Mongolscheplooi yang sama dengan pertalian Jepang dan Mongol, ialah memiki lipit Mongoloid dan kesamaan warna kulit, yaitu kuning langsat. Memang bangsa mongol terkenal dengan dengan gaya hidup berperang dengan menguasai 1/2 dunia saat dipimpin oleh Genghis Khan, dan bangsa Mongol menyebar tidak terkecuali pergi ke Manado.
Persamaan dengan Mongol dalam sistem kepercayaan dapat dilihat pada agama asli Minahasa Shamanisme sama seperti Mongol. Dan juga dipimpin oleh walian (semacam pendeta/pemimpin agama) yang langsung dimasuki oleh opo.
Agama Shamanisme ini, memang dipegang teguh secara turun temurun oleh suku Mongol dan terlihat juga kemiripan dengan agama asli suku Dayak di Kalimantan, dan Korea.
Jadi orang Minahasa memang berasal dari keturunan ras Mongoloid, tetapi bukan orang Mongol. Ras ini juga terdapat pada suku Dayak, Nias dan Mentawai. Ras Mongoloid tersebut diperkirakan berasal dari Formosa Taiwan. Namun memang orang Minahasa sudah tidak murni dari Mongol saja, tetapi sudah campuran Spanyol, Portugis, dan Belanda yang diketahui keturunan Yahudi, namun lebih dipengaruhi oleh Kristen.
Sebenarnya aslinya Suku Minahasa dari Mongol yang terkenal dengan kehebatan perang, dan Yahudi yang terkenal dengan kecerdasannya. Memang Belanda sebagai Yahudi yang masuk ke Indonesia hanya mendirikan 1 tempat ibadah di Indonesia silahkan lihat Sinagog di Tondano.
Seperti kita tahu Manado dalam prosesnya oleh Indonesia dibilang bangsa asing, karena sangat dimanja oleh Belanda dan Sekutu. Serta sangat berbeda dengan ciri orang Indonesia pada umumnya.
Suku Minahasa terbagi atas sembilan sub-suku yaitu: 1.Babontehu, 2.Bantik, 3.Pasan Ratahan (Tounpakewa), 4.Ponosakan, 5.Tonsea, 6.Tontemboan, 7.Toulour, 8.Tonsawang, 9.Tombulu.
Nama Minahasa mengandung suatu kesepakatan mulia dari para leluhur melalui musyarawarah dengan ikrar bahwa segenap tou Minahasa dan keturunannya akan selalu seia sekata dalam semangat budaya Sitou Timou Tumou Tou. Dengan kata lain tou Minahasa akan tetap bersatu (maesa) dimanapun ia berada dengan dilandasi sifat maesa-esaan (saling bersatu, seia sekata), maleo-leosan (saling mengasihi dan menyayangi), magenang-genangan (saling mengingat), malinga-lingaan (saling mendengar), masawang-sawangan (saling menolong) dan matombo-tomboloan (saling menopang). Inilah landasan satu kesatuan tou Minahasa yang kesemuanya bersumber dari nilai-nilai tradisi budaya asli Minahasa (Richard Leirissa, Manusia Minahasa, 1995).
Jadi walaupun orang Minahasa ada di mana saja pada akhirnya akan kembali dan bersatu, waktu itu akan terjadi pada akhir jaman, yang tidak seorangpun yang tahu. Seperti Opo Karema pernah kasih amanat “Keturunan kalian akan hidup terpisah oleh gunung dan hutan rimba. Namun, akan tetap ada kemauan untuk bersatu dan berjaya.
Pada tahun masehi kira-kira awal abad 6, orang Minahasa telah membangun Pemerintahan Kerajaan di Sulawesi Utara yang berkembang menjadi kerajaan besar. Kerajaan ini memiliki pengaruh yang luas ke luar Sulawesi hingga ke Maluku. Pada sekitar tahun 670, para pemimpin dari suku-suku yang berbeda, dengan bahasa-bahasa yang berbeda, bertemu di sebuah batu yang dikenal sebagai Watu Pinawetengan. Di sana mereka mendirikan sebuah komunitas negara merdeka, yang membentuk satu unit dan tetap bersatu untuk melawan setiap musuh dari luar jika mereka diserang. Bagian anak suku Minahasa yang mengembangkan pemerintahannya sehingga memiliki pengaruh luas adalah anak suku Tonsea pada abad 13, yang pengaruhnya sampai ke Bolaang Mongondow dan daerah lainnya. Kemudian keturunan campuran anak suku Pasan Ponosakan dan Tombulu membangun pemerintahan kerajaan yang terpisah dari ke empat suku lainnya di Minahasa.

TARI MAENGKET

BENTUK KHAS SENDRATARI BERPADU OPERA


Maengket adalah paduan dari sekaligus seni tari, musik dan nyanyi, serta seni sastra yang terukir dalam lirik lagu yang dilantunkan. Sejumlah pengamat kesenian bahkan
melihat maengket sebagai satu bentuk khas sendratari berpadu opera. Apapun, maengket memang merupakan sebuah adikarya kebudayaan puncak yang tercipta melalui proses panjang penyempurnaan demi penyempurnaan.

Maengket sudah ada di tanah Minahasa sejak rakyat Minahasa mengenal pertanian terutama menanam padi di ladang. Kalau dulu nenek moyang Minahasa, maengket hanya dimainkan pada waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang hanya sederhana, maka sekarang tarian maengket telah berkembang teristimewa bentuk dan tarinya tanpa meninggalkan keasliannya terutama syair/sastra lagunya.



Maengket terdiri dari 3 babak, yaitu :
  • Maowey Kamberu
  • Marambak
  • Lalayaan

Maowey Kamberu adalah suatu tarian yang dibawakan pada acara pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, dimana hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda/banyak.

Marambak adalah tarian dengan semangat kegotong-royongan (mapalus), rakyat Minahasa bantu membantu membuat rumah yang baru. Selesai rumah dibangun maka diadakan pesta naik rumah baru atau dalam bahasa daerah disebut “rumambak” atau menguji kekuatan rumah baru dan semua masyarakat kampung diundang dalam pengucapan syukur.


Lalayaan adalah tari yang dilakukan saat bulan purnama Mahatambulelenen, para muda-mudi melangsungkan acara Makaria’an - mencari teman hidup.

TARI KABASARAN

MEMULIAKAN PERANG DALAM KARYA ESTETIKA


Kabasaran adalah tari perang. Mengangkat atau memuliakan perang ke dalam karya estetika, dan memberi gambaran tentang masyarakat itu sendiri. Hal ini juga merupakan ungkapan dari watak dan nilai-nilai budaya masyarakat.
Ya, berperang memang diluhurkan sebagai krida sangat mulia bagi masyarakat yang gagah berani serta kokoh membela kebenaran dan keadilan. Dr. A.B. Meyer, seorang peneliti sosio-budaya masyarakat Minahasa, dalam sebuah laporannya sampai menarik kesimpulan: Perang adalah bagian dalam format kebudayaan Minahasa tempo dulu..!


Seni Tari Kabasaran pun mengabadikan ritual di masa lampau yang memang dilaksanakan oleh leluhur Tou Minahasa, setiap kali mereka hendak berperang. Tari Kabasaran sedemikian akrab dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minahasa lama.
Tarian keprajuritan ini menyemarakkan hampir semua upacara dalam daur hidup manusia. Mulai dari kelahiran, mengusir roh-roh jahat, perkawinan, hingga pemakaman orang mati. Demikian pula untuk penjemputan dan pengawalan secara adat bagi para petinggi pemerintahan ataupun tokoh masyarakat. Juga dalam mengantar para pekerja Mapalus menuju tempat kerja.

WISATA TUMBAK MINAHASA TENGGARA

KEINDAHAN PANORAMA TAMAN LAUT YANG MENGAGUMKAN


Wisata Tumbak adalah salah satu potensi wisata paling mengagumkan di Provinsi Sulawesi Utara, setelah Bunaken. Saat ini, harus diakui publikasi dan informasi tentang wisata Tumbak di Kabupaten Minahasa Tenggara, memang masih belum tersebar dengan baik.
Tetapi, tahukah Anda bahwa wisata Tumbak memiliki keindahan taman laut yang sungguh mempesona? Keindahannya sejajar dengan apa yang mungkin telah Anda rasakan di Taman Laut Nasional Bunaken yang terkenal itu.
Taman Laut Tumbak secara geografis terletak di Kabupaten Minahasa Tenggara, Anda harus menempuh perjalanan selama 3 jam dari Kota Manado untuk dapat sampai ke Desa Tumbak, sebuah desa yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Posumaen di Minahasa Tenggara.
Salah satu hal yang menjadi karakteristik Tumbak dan tidak dimiliki oleh Bunaken adalah pulau-pulau kecil berpasir putih. Pemandangan ini adalah panorama laut yang mengagumkan dan hanya dapat Anda temui di tempat wisata Minahasa Tenggara yang masih belum terkenal ini. Jernihnya air laut di Tumbak yang berwarna biru, sungguh indah dipandang. Begitu jernihnya, membuat hamparan coral indah terlihat dengan sangat jelas dari permukaan air.
Jika Anda ingin menikmati keindahan pantai Tumbak, maka pilihan paling rasional adalah mengambil sewa penginapan untuk tinggal di sana selama paling tidak 2 hari. Terdapat sebuah cottage yang dapat Anda sewa. Cottage ini berada persis di atas laut Tumbak, Anda dapat tiba di cottage tersebut menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh sekitar 15 menit dari Desa Tumbak.


Diving dan Snorkeling di Tumbak Minahasa Tenggara

Di Tumbak, Anda dapat memilih 20 titik snorkling dan diving. Beberapa spot yang menarik, antara lain Napo Kipas, Bohaga Mangrove, Bohaga Kecil, MFT 1, MFT 2, Taman Karang, dan Pintu Samudra.
Penyelaman di Tumbak akan membawa Anda pada panorama hamparan karang yang luas, baik hardcoral maupun softcoral. Di sana, Anda bahkan dapat melihat hutan kipas laut yang beraneka ragam dalam areal seluas 300 m pada kedalaman 3-6 m.
Selain snorkling dan diving, kegiatan wisata menarik di Tumbak yang dapat Anda lakukan adalah dengan menikmati keindahan Tumbak dengan mengelilingi hutan mangrove menggunakan perahu. Jika Anda suka, Anda dapat melakukan tracking pulau-pulau cantik berpasir putih, misalnya Tumbak (Bentenan), Pulau Baling-Baling, dan Pulau Ponteng.

Penginapan dan Akomodasi di Tumbak

Desa Tumbak adalah sebuah desa nelayan sebagaimana yang dapat Anda temui di berbagai daerah di Indonesia. Meski demikian, di Tumbak terdapat sebuah penginapan yang berdiri di atas laut. Namanya Water Cottage yang memiliki dua kamar dan terbuat dari papan.
Dengan tarif cottage sebesar Rp 350 ribu per malam, Anda berkesempatan menyaksikan sunset yang timbul di sebelah kiri Gunung Soputan, sebuah gunung api di Minahasa Selatan.
Area di sekeling cottage penuh dengan hamparan karang hidup. Anda bahkan tidak perlu jauh-jauh untuk menikmati keindahan bawah laut Tumbak. Jika Anda suka, Anda dapat melepas malam dengan memancing ikan dari teras cottage tersebut.
Perlu diketahui juga, saat ini ada juga beberapa homestay yang sudah mulai dibuka oleh masyarakat desa Tumbak bagi para penikmat perjalanan, terlebih para pecinta kegiatan diving dan snorkeling.

Jangan lupakan juga untuk membeli sedikit bingkisan oleh-oleh khas Manado sebagai souvenir untuk keluarga dan kerabat Anda.

OBJEK WISATA YANG TERKENAL DI SULAWESI UTARA

Inilah 8 Tempat Wisata Yang Terkenal di Bumi Nyiur Melambai


Tempat Wisata di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Kota Manado adalah salah satu yang terpopuler di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik. Berdasarkan hasil survei Travel YAM tentang 10 Pulau Wisata Terbaik di Asia Tenggara dan Pasifik, Bali dan Manado menempati posisi ke-3 dan ke-6.
Survei ini diikuti oleh 110 ribu orang dan berlangsung dari 4-18 Juni 2014. Parameter pemilihan adalah destinasi favorit pulau wisata yang dapat ditempuh dengan penerbangan selama 6 jam atau kurang dari Taipei.
Ada 33 pulau wisata di Asia Tenggara dan Pasifik yang terjaring dalam survei ini. Salah satu tempat wisata Manado yang paling terpopuler adalah Wisata Taman Laut Nasional Bunaken, yang disebut-sebut salah satu surga taman bawah laut paling diminati di dunia.
Keindahan terumbu karang Bunaken di Manado memiliki keistimewaan khusus sebagaimana yang ada di Raja Ampat Papua, Pulau Weh Sabang dan Senggigi Lombok. Inilah sebab mengapa Manado ditetapkan sebagai Ibukota terumbu karang dunia oleh World Coral Reef Conference (WCRC).
Kota Manado sebagai yang terbesar di kawasan utara Indonesia adalah pilihan menarik bagi para penikmat perjalanan, sebab ada banyak tempat-tempat menarik di Manado. Anda bisa menjajal wisata kuliner Manado “Tinutuan” (Bubur Manado) yang terkenal itu, mengunjungi Bukit Kasih, atau main ke Danau Tondano. Menjelajahi isi Kota Manado juga adalah opsi yang tak kalah menarik. Ini tak terlepas karena sifat ramah penduduk di Manado itu sendiri yang menjadi faktor pendukung daya tarik wisata.
Berikut ini adalah beberapa tempat Objek Wisata yang dapat dijumpai di Kota Manado, yaitu :

Wisata Taman Laut Nasional Bunaken

Wisata Taman Laut Nasional Bunaken adalah yang terkenal di Provinsi Sulawesi Utara. Alam bawah lautnya telah dinobatkan sebagai salah satu yang terindah. Keindahan Taman Laut Nasional Bunaken ini dapat dijumpai pada spot-spot yang bernama Lekuan 1, Lekuan 2, Lekuan 3, Fukui, Mandolin, Tanjung Parigi, Ron’s Point, Sachiko Point, Pangalisang, Muka Kampung, dan Bunaken Timur. Para pecinta Diving akan sangat menyukai ini. Kegiatan snorkeling di Bunaken juga tak kalah menarik.
Sejumlah kegiatan wisata Bunaken yang mungkin Anda pilih di antaranya berkeliling menggunakan katamaran (perahu berkaca), snorkeling, diving, foto bawah laut, berjemur, dan tamasya pantai. Bunaken telah difasilitasi dengan sangat baik, ada cottage dan pilihan penginapan lainnya, rumah makan, diving center, perahu berkaca, dan aneka kios souvenir.
Jarak Bunaken dari pelabuhan Kota Manado sekitar 7 mil, dapat ditempuh dengan kapal cepat sekitar 35 menit menuju Bunaken. Anda tidak akan menyesal tempat wisata di Manado paling terkenal ini. Bersama dengan Pulau Siladen, Pulau Bunaken membentuk Taman Laut Nasional Bunaken, Kota Manado yang telah diresmikan oleh Pemerintah RI.

Objek Wisata Pulau Siladen

Objek Wisata Pulau Siladen adalah salah satu Wisata Bahari di Kota Manado dengan daya tarik sebagaimana yang ada di Bunaken. Pulau Siladen dikenal dengan hamparan pasir pantai yang putih dan bersih.
Pulau Siladen ini terletak di sebelah timur Pulau Bunaken. Dari pelabuhan Manado, Anda dapat menempuh perjalanan laut sekitar 45 menit ke Pulau Siladen, naik kapal motor. Salah satu objek wisata di Manado ini memiliki spot penyelaman paling menarik di lokasi bernama Siladen 1 dan Siladen 2.
Pulau Siladen ini memiliki sejumlah resort dan homestay dengan fasilitas akomodasi yang baik. Jika Anda ingin menikmati wisata laut dengan ketenangan dan keindahan yang memikat, maka Pulau Siladen di Manado adalah opsi yang layak dipertimbangkan.

Danau Tondano

Danau Tondano adalah salah satu pilihan tempat wisata menarik di Sulawesi Utara. Jarak dari Kota Manado ke Danau Tondano adalah sekitar 30 km. Danau Tondano ini terletak di Kota Tondano, sebuah daerah yang terkenal dengan Wisata Alam Danau dan Kuliner Boulevard dan merupakan tempat wisata di Sulawesi Utara yang berhawa sejuk dengan tekstur daerah pegunungan.
Untuk dapat masuk ke Danau Tondano, Anda hanya perlu merogoh kocek Rp 4 ribu per orang. Dengan menyewa perahu seharga Rp 50 ribu, Anda dapat mengarungi Danau Tondano. Tahukah Anda? Dari Danau Tondano pada sisi Toliang Oki dan Tondano Pante, Anda akan dapat menyaksikan pemandangan laut Sulawesi dan Maluku yang menawan. Ini tak heran mengingat Danau Tondano berada pada ketinggian 600 meter dpa, dikelilingi oleh pegunungan setinggi 700 m.

Taman Laut Tumbak

Wisata Tumbak adalah salah satu pesona terumbu karang menakjubkan yang ada di Sulawesi Utara. Keindahan Taman Laut Tumbak pantas disandingkan dengan Bunaken. Namun, Tumbak masih belum banyak dikenal publik. Taman Laut Tumbak terletak di Kabupaten Minahasa Tenggara, berada pada sebuah desa yang bernama Tumbak.
Dari Kota Manado, jarak tempuh ke Tumbak membutuhkan waktu 3 jam dengan kendaraan darat. Seperti Bunaken, pesona Taman Laut Tumbak terletak pada keindahan terumbu karangnya. Ada 20 spot diving dan snorkel di Tumbak yang patut Anda coba, di antaranya Napo Kipas, Bohaga Mangrove, Bohaga Kecil, MFT 1, MFT 2, Taman Karang, dan Pintu Samudera.

Kawasan Boulevard

Kawasan Boulevard adalah ikon kota Manado, sebuah tempat terbaik untuk mencicipi ragam kuliner yang ada di Manado. Kawasan ini sekarang terkenal dengan Kawasan Boulevard On The Bussines, selain menjadi pusat wisata belanja dengan kehadiran mall, kawasan ini juga dipadati perkantoran.
Namun, tak kalah menariknya di Boulevard tersedia banyak kafe, resto, dan tempat-tempat makan dengan sajian utama makanan khas Manado. Boulevard adalah destinasi favorit bagi para pecinta kuliner. Ini adalah salah satu spot terbaik wisata kuliner Manado. Terlebih di akhir pekan, kawasan ini selalu ramai dengan pengunjung. Sebab, di Boulevard Anda dapat menyaksikan pemandangan sunset yang menawan.

Pulau Lembeh

Pulau Lembeh adalah salah satu pilihan wisata yang dicari para pecinta diving dan snorkel. Di sana, terdapat sekitar 88 spot penyelaman yang dapat Anda pilih. Keanekaragaman hayatinya sangat memikat, hanya kalah terkenal dengan Bunaken.
Selain diving dan snorkel, Anda dapat menjelajahi pantai di sana. Hanya dengan menyewa perahu nelayan seharga Rp 300 ribu untuk perjalanan sekitar 3 hingga 4 jam. Ada banyak resor di sana. Pulau Lembeh berada dalam wilayah administratif Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara.
Untuk dapat sampai di Pulau Lembeh, Anda harus menempuh perjalanan dari Manado ke Bitung terlebih dahulu. Waktu perjalanan dari Bandara Sam Ratulangi di Manado ke kota Bitung adalah sekitar 45 menit, tersedia bis umum atau taksi. Di Bitung, tempat untuk menuju Pulau Lembeh adalah dari Dermaga Ruko Pateten. Anda akan menaiki perahu selama 15 menit untuk dapat sampai di Pulau Lembeh, biayanya Rp 8 ribu per orang.

Bukit Kasih

Bukit Kasih terletak sekitar 55 km dari Kota Manado, sebuah tempat yang menjadi simbol keharmonisan antar umat beragama. Perjalanan ke Bukit Kasih membutuhkan waktu sekitar 2 jam dari kota Manado. Anda akan melalui kota Tomohon untuk dapat sampai di Bukit Kasih ini.
Menaiki 2.435 anak tangga hingga sampai ke puncak bukit adalah kegiatan utama wisata di Bukit Kasih. Sepanjang perjalanan ke puncak bukit, Anda dapat menyaksikan pemandangan kawah belerang. Anda perlu berhati-hati dalam menaiki anak tangga dan gunakanlah sepatu yang nyaman.
Jika kesehatan Anda tidak prima, sebaiknya tidak perlu menaiki anak tangga tersebut. Di bagian kawah Bukit Kasih, Anda dapat berhenti untuk menikmati sajian kuliner Manado berupa jagung, pisang, dan ubi rebus.

Gunung Tumpa

Gunung Tumpa adalah salah satu tempat wisata alam Manado yang menarik untuk dikunjungi. Gunung Tumpa ini memiliki spot fotografi yang memikat, Anda dapat mengabadikan gambar seluruh Kota Manado dari puncak gunung.
Panorama matahari terbit dan tenggelam adalah salah satu kekuatan wisata yang ada di Gunung Tumpa. Perjalanan ke Gunung Tumpa hanya membutuhkan waktu 50 menit dari kota Manado.

Thursday, 27 November 2014

OBJEK WISATA DI MINAHASA

Inilah daftar catatan Tempat Wisata di Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, dan sebuah Peta Minahasa dengan Ibukota Kota Tondano :



Tempat Wisata di Minahasa

Air Terjun Kandera
Desa Touliang, Kecamatan Kakas, dengan ketinggian air terjun 75 m.

Air Terjun Kembes Minahasa
Kecamatan Tombulu, 30 km dari Kota Manado, dengan akses cukup baik, dekat dengan jalan menuju Rap-rap, tempat menyaksikan dugong.

Air Terjun Palamba
Desa Palamba, Kecamatan Langowan Selatan, dengan ketinggian 9-10 m dan lebar 2-3 m.

Air Terjun Timbukar
Desa Timbukar, Kecamatan Sonder, dengan ketinggian air terjun 90 m.

Air Terjun lainnya adalah :
Air Terjun Kayuuwi (Kecamatan Kawangkoan)
Air Terjun Laundano (Kecamatan Kawangkoan)
Air Terjun Sungai Kombi (Kecamatan Kombi)
Air Terjun Sungai Munte (Kec Sonder)
Air Terjun Tapahan Telu Kali (Kecamatan Pineleng),
Air Terjun Tonsea (Kecamatan Tondano Utara)

Arung Jeram Sungai Minanga
Kecamatan Sonder

Arung Jeram Sungai Timbukar
Kecamatan Sonder

Batu Bertulis Kaptaran
Kecamatan Lembean Timur

Bekas Pangkalan Jepang Tasuka
Kecamatan Kakas

Bentenan Center
Desa Kolongan Atas, Kecamatan Sonder, yang menjadi salah satu pusat pengembangan dan pemasaran kain tenun Bentenan.

Bukit Batu Meja
Kecamatan Eris

Bukit Doa
Kecamatan Eris, yang kabarnya indah sekali.

Bukit Kasih
Di sebuah bukit indah dan unik di kaki Gunung Soputan, Desa Kanonang, Kawangkoan, 55 km dari Kota Manado.

Bukit Salib
Kecamatan Eris dan Pineleng

Danau Tondano
Seluas 4.278ha, ada beberapa tempat wisata di sekelilingnya, serta Pulau Likri dan Pulau Papalembet.

Gereja Tua Watumea
Desa Watumea, Kecamatan Eris.

Goa 50 Kamar
Kecamatan Kawangkoan

Goa Jepang Kawangkoan
Pada sebuah tebing di pinggiran Jalan Tomohon – Minahasa, Desa Kiawa, Kecamatan Kawangkoan

Goa Maria
Kecamatan Langowan Selatan

Goa Peninggalan Jepang
Kecamatan Tondano Utara

Gunung Area Gotong Potong
Kecamatan Langowan Barat

Keramik Pulutan
Desa Pulutan, Remboken, di mana penduduknya banyak yang bekerja sebagai pengrajin tradisional keramik.

Kuliner Boulevard Tondano
Lokasinya tidak jauh dari Boulevard Tondano yang lurus membelah persawahan.

Lembah Pinus
Kecamatan Tondano Timur

Loji Tondano
Rinegetan, Tondano Barat, berupa rumah panggung tua khas Minahasa yang tampak tidak terurus.

Makam dan Monumen Pahlawan Nasional DR. Sam Ratulangi
Di daerah perbukitan sejuk di Wawalintouan, Tondano.

Makam Kyai Modjo
Di sebuah daerah perbukitan wingit di Desa Wulauan, Tolimambot, Tondano

Makam Toar Lumimuut
Kecamatan Tombulu

Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo
Kelurahan Kampung Jawa Tondano, Kecamatan Tondano Utara, yang merupakan masjid peninggalan Kyai Mojo.

Nuansa Alam Ranosaut
Jalan Raya Tondano - Suluan, Suluan, 18 Km dari Kota Manado, di tengah suasana alam pegunungan Sulawesi Utara, yang menyediakan fasilitas berkemah, restoran, retreat, dll

Pantai-pantai di Minahasa
Pantai Bukit Tinggi (Kecamatan Kakas), Pantai Kalasey (Kecamatan Mandolang), Pantai Mangatasik (Kecamatan Tombariri), Pantai Rumbia (Desa Rumbia, Kecamatan Langowan Selatan), Pantai Ranowangko, Panatai Tasik Ria (Kecamatan Tombariri), Pantai Tateli Weru (Kecamatan Tombariri), Pantai Temboan (Desa Temboan, Kecamatan Langowan Selatan), Pantai Kombi (Kecamatan Kakas)

Pemandian Alam Ratu, Toulour, Tinggian Kolongan, Tripel M, Wulo
Kecamatan Lembean Timur (Kora – Kora, Lembean)

Parigi Pingkan
Kecamatan Tombariri

Pasar Tondano
Di Kota Tondano

Patung Korengkeng Sarapung
Wisata Minahasa di sebuah pertigaan di ujung Boulevard Tondano, Desa Roong, Kecamatan Tondano.

Pegunungan Makawembeng
Kecamatan Tondano Utara

Pegunungan Masarang
Kecamatan Tondano Barat

Pemandian Alam
Kecamatan Eris

Pemandian Air Panas
Di beberapa Kecamatan di Koa Tondano dan Kecamatan Kakas, Tompaso dan Tombulu

Pemandian Air Panas Pinagimbalian
Kecamatan Kawangkoan

Pemandian Air Panas Ranopaso
Kecamatan Kombi

Relief Waruga Sawangan
Di jalan masuk ke Taman Purbakala Waruga Sawangan, yang menggambarkan proses kubur

Wisata Ziarah Waruga Tonsewer
Desa Tonsewer, Tompaso

Roong Tondano
Merupakan sebuah Desa subur dengan lahan persawahan luas dan latar pegunungan berkabut

Rumah Kopi Gembira Kawangkoan.
Di Kota Kawangkoan

Wisata Sumaru Endo
Desa Leleko, Remboken, sekitar 12 km dari Tondano, di tepian Danau Tondano, 45 km dari Kota Manado.

Taman Kota Tondano
Pusat Kota Tondano, di seberang Lapangan Sam Ratulangi, dengan taman, mural dan gazebo.

Taman Purbakala Waruga Sawangan
Sawangan, Airmadidi, dengan kubur batu peninggalan purba.

Taman Wisata Toar Lumimuut
Kecamatan Sonder, diapit oleh Gunung Lokon dan Gunung Soputan, dengan udara sejuk.

Waduk Sendow
Kecamatan Langowan Barat

Wale Papeteupen
Kecamatan Sonder

Kuburan Batu Waruga
Di beberapa tempat, antara lain : Kecamatan Kombi, Tompaso (Sendangan / Tolog, Timbukar, Watu Tumou Towa Talikuran), Kawangkoan (Kinali, Talikuran, Kayuuwi), Langowan Selatan (Toar)

Watu Pinawetengan
Di Tompaso yang merupakan situs batu megalitikum berukuran besar dengan tulisan kuno misterius.

Watu Tumoutowa Talikuran
Kecamatan Kawangkoan

Watu Tumoutowa Toi Toi
Kecamatan Kawangkoan

Winawanua
Kecamatan Tondano Timur


Tempat-tempat Wisata di Minahasa ini ditulis berdasarkan perjalanan kami saat berwisata dan kunjungan langsung di setiap tempat tersebut. Mungkin masih banyak lagi tempat wisata lain yang belum sempat kami catat dalam daftar di atas. Yang pasti Minahasa benar-benar indah dan mengagumkan.