Wednesday, 26 November 2014

SEKILAS TENTANG WATU PINAWETENGAN

TEMPAT BERUNDING PARA PEMIMPIN SUB-ETNIK MINAHASA



Minahasa merupakan salah satu bagian dari wilayah Provinsi Sulawesi Utara, di mana sebelum dinamakan Minahasa, wilayah ini dikenal dengan nama tanah MALESUNG. Keadaan geografi tanah malesung terdiri dari pegunungan dataran tinggi serta bukit-bukit.
Menurut sejarah pada tahun 1428, menunjukan bahwa penduduk tanah Malesung pemukimannya terpencar-pencar dan hidup berkelompok. Sehingga, satu sama lain tidak bisa berkomunikasi, terlebih tidak ada saling bantu membantu dalam hidup kebersamaan.
Hal ini sering terjadi di kala para penduduk ini mempertahankan wilayahnya dari serangan/pengacau yang datang seringkali gagal, demikian halnya pada saat mereka mengolah pertanian atau lebih sering pada saat berburu selalu terjadi pertentangan, karena ada penduduk yang telah memasuki wilayah lain, sehingga masing-masing saling mempertahankan wilayahnya.
Menyadari akan hal ini sering terjadi permasalahan, maka oleh leluhur atau para tonaas tanah malesung mencari suatu tempat untuk diadakan pertemuan para pemimpin suku, guna mencari solusi mengatasi masalah yang terjadi di tanah Malesung.
Dan setelah mereka mencari tempat, maka didapatlah suatu tempat yang terletak di sebuah bukit yang bernama bukit Tonderukan, nama lokasi ini ditemukan oleh J.G.F. Riedel pada tahun 1881, yang berdasarkan cerita rakyat disebut “Watu Rerumeran ne Empung“ atau batu batu tempat para leluhur berunding.
 Di sana terdapat sebuah batu besar dan di tempat itulah berkumpul para pemimpin sub etnis Tou Malesung berikrar untuk menjadi satu yakni satu ‘Tou Minahasa’ sebuah kata yang berarti “Mina “ (menjadi) dan “Esa“ (satu), dalam perkembangannya sehingga tercetuslah menjadi MINAHASA.
Watu Pinawetengan dalam sejarah sampai saat ini banyak penafsiran-penafsiran yang timbul melalui penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti, diantaranya ada yang mengataka bahwa Watu Pinawetengan itu adalah :
  1. Tempat pertemuan para pemimpin Sub Etnis Minahasa untuk membagi-bagi Wilayah dan bahasa masing-masing etnis;
  2. Sebagai tempat pertemuan para pemimpin sub Etnis untuk bermusyawarah menjadikan tanah Minahasa;
  3. Sebagai tempat berunding para leluhur;
  4. Tempat berikrar untuk bersatu melawan gangguan dari luar seperti Tasikela (Spanyol) dll. 

Melihat beberapa pandangan tentang pengertian dan fungsi Watu Pinawetengan, maka dapat disimpulkan bahwa Watu Pinawetengan merupakan suatu tempat berunding para pemimpin sub etnik yang ada di Minahasa.
Tempat itulah dijadikan sebagai tempat untuk berikrar; “Bahwa sub etnik di Minahasa walaupun hidup berkelompok tapi bersatu untuk menghalau para pengacau dari luar serta membangun wilayah-wilayah yang ada di Minahasa, yang ditandai dengan coretan-coretan yang ada di atas batu tersebut”.
Watu Pinawetengan sampai saat ini tidak akan dilupakan oleh Tou Minahasa, baik yang tinggal di Minahasa maupun yang di luar Minahasa. Karena tempat ini merupakan legenda hidup masyarakat Minahasa yang memiliki nilai sakral, sehingga tidak akan hilang dari hati Tou Minahasa.

Pakatuan Wo Pakalawiren.

No comments:

Post a Comment