TEMPAT BERUNDING PARA PEMIMPIN SUB-ETNIK
MINAHASA
Minahasa
merupakan salah satu bagian dari wilayah Provinsi Sulawesi Utara, di mana
sebelum dinamakan Minahasa, wilayah ini dikenal dengan nama tanah MALESUNG.
Keadaan geografi tanah malesung
terdiri dari pegunungan dataran tinggi serta bukit-bukit.
Menurut
sejarah pada tahun 1428, menunjukan bahwa penduduk tanah Malesung pemukimannya
terpencar-pencar dan hidup berkelompok. Sehingga, satu sama lain tidak bisa
berkomunikasi, terlebih tidak ada saling bantu membantu dalam hidup kebersamaan.
Hal
ini sering terjadi di kala para penduduk ini mempertahankan wilayahnya dari
serangan/pengacau yang datang seringkali gagal, demikian halnya pada saat
mereka mengolah pertanian atau lebih sering pada saat berburu selalu terjadi pertentangan,
karena ada penduduk yang telah memasuki wilayah lain, sehingga masing-masing
saling mempertahankan wilayahnya.
Menyadari
akan hal ini sering terjadi permasalahan, maka oleh leluhur atau para tonaas
tanah malesung mencari suatu tempat untuk diadakan pertemuan para pemimpin suku,
guna mencari solusi mengatasi masalah yang terjadi di tanah Malesung.
Dan
setelah mereka mencari tempat, maka didapatlah suatu tempat yang terletak di sebuah
bukit yang bernama bukit Tonderukan, nama lokasi ini ditemukan oleh J.G.F.
Riedel pada tahun 1881, yang berdasarkan cerita rakyat disebut “Watu Rerumeran
ne Empung“ atau batu batu tempat para leluhur berunding.
Di sana terdapat sebuah batu besar dan di
tempat itulah berkumpul para pemimpin sub etnis Tou Malesung berikrar untuk menjadi
satu yakni satu ‘Tou Minahasa’ sebuah kata yang berarti “Mina “ (menjadi)
dan “Esa“ (satu), dalam perkembangannya sehingga tercetuslah menjadi MINAHASA.
Watu
Pinawetengan dalam sejarah sampai saat ini banyak penafsiran-penafsiran yang timbul
melalui penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti, diantaranya ada
yang mengataka bahwa Watu Pinawetengan itu adalah :
- Tempat pertemuan para pemimpin Sub Etnis Minahasa untuk membagi-bagi Wilayah dan bahasa masing-masing etnis;
- Sebagai tempat pertemuan para pemimpin sub Etnis untuk bermusyawarah menjadikan tanah Minahasa;
- Sebagai tempat berunding para leluhur;
- Tempat berikrar untuk bersatu melawan gangguan dari luar seperti Tasikela (Spanyol) dll.
Melihat
beberapa pandangan tentang pengertian dan fungsi Watu Pinawetengan, maka dapat
disimpulkan bahwa Watu Pinawetengan merupakan suatu tempat berunding para
pemimpin sub etnik yang ada di Minahasa.
Tempat
itulah dijadikan sebagai tempat untuk berikrar; “Bahwa sub etnik di Minahasa
walaupun hidup berkelompok tapi bersatu untuk menghalau para pengacau dari luar
serta membangun wilayah-wilayah yang ada di Minahasa, yang ditandai dengan coretan-coretan
yang ada di atas batu tersebut”.
Watu
Pinawetengan sampai saat ini tidak akan dilupakan oleh Tou Minahasa, baik yang
tinggal di Minahasa maupun yang di luar Minahasa. Karena tempat ini merupakan
legenda hidup masyarakat Minahasa yang memiliki nilai sakral, sehingga tidak
akan hilang dari hati Tou Minahasa.
No comments:
Post a Comment