SEKILAS BATU PINAWETENGAN MENURUT CERITA RAKYAT
Cerita rakyat mengenai adanya batu Pinawetengan di
temukan penulis J.G.F Riedel dari cerita rakyat tombulu yang di cetak dalam
bentuk buku berjudul "AASAREN TUAH PUHUHNA NE MAHASA" terbit di tahun
1870 dalam bahasa Tombulu.
Lokasi tempat batu Pinawetengan pada mulanya hanya
disebut tempat berkumpulnya penduduk Minahasa yang terletak di tengah-tengah
Tanah Minahasa. Kemudian disebut tempat Pahawetengan Posan yaitu pembagian
tatacara beribadat agama suku. Lokasinya di sebuah tempat yang bernama bukit
AWOHAN (AWOAN) di Tompaso.
Istilah Watu Pinawetengan pada waktu itu belum ada,
karena batu suci tempat upacara PAHAWETENGAN POSAN, belum ditemukan karena
sudah tertimbun dan masuk ke dalam tanah.
Kemudian
di tahun 1888, pada bulan Juni, J.A.T. Schwarz seorang pendeta di Sonder
membiayai penggalian batu Suci orang Minahasa tersebut, dan bulan Juli 1888
batu itu di temukan lalu lahirlah istilah "Watu Pinawetengan". Usia
gambar-gambar di batu Pinawetengan di analisa penulis J.G.F. Riedel berasal
dari abad ke-7 (tujuh).
ANALISA ARTI GAMBAR OLEH J.A.T. SCHWARZ
Orang pertama yang menganalisa garis gambar di permukaan
batu Pinawetengan adalah Pendeta J.A.T. Schwarz, berdasarkan komentar Hukum Tua
Kanonang Joel Lumentah. Keterangan
Hukum Tua Kanonang dan seorang guru dari Sonder hanya mengenai bentuk segi-tiga
adalah bentuk atap rumah pemimpin utama Minahasa yang memimpin upacara adat di
batu Pinawetengan.
Keterangan penting lainnya adalah gambar-gambar yang ada
di tahun 1888 dan sekarang ini sudah hilang. Seperti gambar
kelelawar, ikan hiu, buaya, jaring penangkap ikan. Hanya sampai disini uraian
penulis J.A.T. Schwarz dalam bukunya "ETHNOGRAPHICA VIT DE
MINAHASSA". Arti gambar manusia tidak dapat di analisa oleh Penulis J.A.T.
Schwarz.
ANALISA ARTI GAMBAR OLEH JESSY WENAS
Penulis melanjutkan penelitian arti gambar batu
Pinawetengan dengan melengkapi data cerita rakyat Tontemboan, buku tulisan
J.A.T. Schwarz "Tontembeansche Taksten", terbitan tahun 1907. Bahwa
pemimpin upacara adat di Pinawetengan Maha Dewa Muntu-Untu, tidak hanya satu
orang tapi ada beberapa orang dalam kurun waktu 800 Tahun.
Kemudian membandingkan gambar manusia di Pinawetengan
yang punya kesamaan dengan gambar manusia di gua Angano Filipina, yang berusia
3000 tahun yang lalu, memberi data bahwa pembuatan gambar di batu Pinawetengan
bukan hanya mulai dari abad ke-7 tetapi sudah di mulai sejak jaman sebelum
Masehi.
Untuk lebih mendalami penelitian simbol-simbol
perbandingan gambar-gambar binatang dan benda lainnya dari sistim zodiak
Minahasa dari buku "De alfoersche Dierenriem", tulisan pendeta
berkebangsaan Belanda Jan Ten Hove cetakan Tahun 1887. Karena uraian
simbol-simbol gambar zodiak buku JAN TEN HOVE tahun 1887, sangat jelas mengenai
penggunaan simbolisasi itu. Maka bahan keterangan data itu digunakan penulis
untuk menguraikan lebih jauh arti- arti gambar yang bukan gambar manusia di
permukaan batu Pinawetengan.
No comments:
Post a Comment