Tinjauan Ringkas
Oleh : Y.B. Tangkilisan dan M.P.B.
Manus
Dewasa
ini penulisan mengenai masa lalu Minahasa, suatu kelompok etnik yang sebagian
besar berdiam di daerah Sulawesi Utara, memperlihatkan kemajuan yang cukup
membesarkan hati, tidak hanya dari jumlah terbitan (kuantitas) namun juga dari
aspek bobot penulisan (kualitas). Selain meninjau kembali sejumlah tema
penulisan yang telah dilakukan sebelumnya, kazanah penulisan sejarah Minahasa
juga mengetengahkan beberapa tema-tema baru. Tentunya, kajian-kajian tersebut
makin memperkaya pengetahuan dan pemahaman tentang masa lalu Minahasa untuk
generasi masa kini yang menghadapi berbagai tantangan dalam berbagai aspek
kehidupan dari sejumlah arah dan konteksitas (lokal, regional, nasional dan
internasional).
Permasalahan
kekinian yang melingkupi bangsa Indonesia, yang mana etnik Minahasa menjadi
bagiannya, demikian kompleks dan rumit, yang diawali oleh krisis ekonomi hingga
melanda ke bidang-bidang lainnya. Salah satu gelombang krisis yang cukup
mengguncang sendi-sendi kehidupan masyarakat adalah perubahan politik yang
menimbulkan keretakan pada keutuhan bangsa di sejumlah daerah dengan
meninggalkan sejumlah korban jiwa. Keterbukaan yang mencuat diantisipasi oleh
sejkumlah kalangan dengan mempertanyakan dasar dan bentuk kehidupan politik
sebagai suatu bangsa (integrasi nasional) dengan alternatif pemisahan diri dari
Republik Indonesia.
Tiba
pada permasalahan ini, suatu penentuan keputusan yang sangat menentukan itu
tentunya memerlukan kebijakan yang benar-benar arif agar maksud dan tujuan yang
dikehendaki dapat dicapai tanpa penyesalan dikemudian hari.
Berbagai
pertimbangan dan pendekatan harus dijelajahi agar seluruh problematika yang
dirasakan dan yang dihadapi betul-betul diketahui serta dimengerti. Diantara
kesemua itu, pendekatan sejarah tidak boleh dikebelakangkan apalagi diabaikan,
oleh karena kehidupan di masa kini merupakan keberlangsungan dari masa silam.
Keberadaan Republik Indonesia merupakan hasil perjuangan dan kesepakatan dari
generasi sebelumnya yang sudah barang tentu memiliki alasan, tujuan dan visi
ketika itu tentang kehidupan politik yang mereka perjuangkan. Generasi masa
kini seyogyanya harus memahami kesemuanya.
Di
tengah-tengah persimpangan pilihan bentuk politik yang akan ditempuh oleh RI
tersebut, perhatian terhadap perkembangan sosial masyarakat di berbagai bidang
tidak perlu tersita sepenuhnya terhadap persoalan tersebut. Apa pun yang
terjadi the sho must go on. Perkembangan masyarakat Minahasa agar
tetap berada di jalur kemajuan sejajar dengan lainnya perlu tetap dipertahankan
dan ditingkatkan. Kondisi ekonomi yang merupakan indikator kemajuan dan sumber
utama bagi roda pembangunan bagi suatu kelompok sosial perlu terus dikembangkan
dan tentunya upaya tersebut mengkaitkan semua bidang kajian bukan hanya
monopoli disiplin ilmu ekonomi semata. Oleh karena pembangunan ekonomi
berdimensi majemuk dan memerlukan pencermatan yang lintas kajian.
Di
tengah-tengah upaya mengembangkan sumber daya alam dan manusia agar lebih
bersaing (comparative and competitive advantages)perhatian perlu
dikembangkan ke segala arah yang sesuai. Visi ke masa depan berdasarkan
kalkulasi masa kini perlu diperkuat oleh refleksi ke masa lampau. Masa lalu
mampu menerangi dan memberikan kearifan di kekinian untuk menggapai masa
mendatang yang gemilang. Untuk itu karya-karya cendikia mengenai Minahasa yang
relevan hendaknya disimak secara cermat untuk meningkatkan pemahaman diri,
kondisi dan potensi untuk dijadikan modal yang kemudian digali dan dikembangkan.
Seperti yang dikemukakan pada awal tulisan ini, kazanah penulisan sejarah
Minahasa menyediakan dan memenuhi kebutuhan yang dirasakan tersebut.
Asal Mula Penulisan Sejarah Minahasa
Penulisan
sejarah, menurut Harry Elmer Barnes (1937), seperti bentuk kebudayaan lainnya,
adalah suatu produk sejarah yang oleh karenanya harus dihadapkan pada latar
belakang peradaban tempatnya bertumbuh dan berkembang. Dalam artian ini, suatu
sejarah penulisan sejarah atau histografi merupakan suatu tahap dari sejarah
intelektual umat manusia. Selanjutnya, Barnes mengemukakan penulisan sejarah
intelektual akan menekankan baik teori orang besar (the great man theory),
maupun determinisme kultural atau pengaruh latar belakang kebudayaan.
Menurut
Breisach (1983) kaitan antara kehidupan dan histografi tampak pada
kecenderungan pada tiap generasi dan sejarahwan pada masyarakat yang senantiasa
memberi penafsiran baru terhadap masa lalu. Di budaya Barat (Western Culture)
tugas sejarahwan histografi adalah melacak kembali bagaimana masyarakat
mereflesikan masa lalu dan apa yang diberikan oleh refleksi itu tentang
kehidupan manusia dalam batasan waktu lampau, kini dan mendatang. Dalam lingkup
itu akan muncul perubahan-perubahan dan kesinambungan yang berlangsung dalam
refleksi tersebut pada tahap-tahap perkembangan kebudayaan.
Penulisan
sejarah mengenai Minahasa telah berlangsung seraya masuknya budaya Barat ke
wilayah utara pulau Sulawesi tersebut. Mieke Scouten (1981) dalam karya
bibliografisnya menyajikan ratusan karya tentang Minahasa, tidak hanya karya
sejarah, oleh penulis-penulis Belanda. Dari latar belakang dan kedudukan mereka
dapat diketengahkan suatu kategori yang antara lain meliputi kelompok
Misionaris, Pejabat Pemerintahan, Ahli Hukum, Naturalis dan Linguis. Karya mereka
tidak hanya berupa monografi dalam bentuk buku namun juga tersebar di berbagai
jurnal, majalah dan terbitan lepas lainnya. Tentunya kompilasi Scouten tersebut
perlu ditambah, mengingat batasan periode yang diajukan sampai tahun 1942.
Padahal akhir-akhir ini sejumlah karya tentang Minahasa diterbitkan dan
mengandung keterangan yang meluas dan mutakhir.
Untuk
itu dari hasil penyibakkan dan penelusuran yangg terbatas tentang literatur
sejarah Minahasa diantara karya-karya lainnya, suatu pembabakan sederhana
tentang historiografi dalam arti sejarah penulisan sejarah Minahasa dapat
diketengahkan, yakni Masa Kolonial (sampai 1950), Masa 1950 – 1980-an dan Masa
Dekade 1990-an. Walau pembatasan kurun waktu tidak terlalu tegas dan seringkali
tumpah tindih satu dengan lainnya.
Pembahasan
tentang masa lalu Minahasa dirintis oleh para pendatang awal di bumi
Toar-Lumimuut. Mereka memasukkan daerah yang dikunjungi dalam catatan-catatan
perjalannya yang kemudian dilanjutkan oleh kalangan kolonial Hindia Belanda.
Dari kelompok penulis yang dikemukakan oleh Schouten tersebut, kalangan pejabat
pemerintahan dan misionaris yang lebih banyak menaruh perhatian pada masa lalu
Minahasa. Pada kelompok pertama sejarah Minahasa ditulis untuk mengukuhkan
keberadaan kekuasaan kolonial di daerah tersebut, sementara kelompok kedua
banyak menggali masa lalu Minahasa melalui tradisi lisan dan sumber lokal
lainnya. Tema yang mewarnai penulisan tersebut terutama di sekitar
hubungan Minahasa dan Belanda, Kristenisasi dan Perang Tondano. Pada umumnya,
karya itu tersebar di sejumlah penerbitan, hingga suatu karya yang lebih
lengkap dibuat oleh Godee-Molsbergen (1928) setelah karya Graafland (1869;
1898) yang kini sudah diterjemahkan. Tema lainnya adalah mengenai pendidikan,
adat istiadat dan ekonomi.
Kebijakan
kolonial di Minahasa mengakibatkan sejumlah perubahan sosial. Di bidang
ekonomi, transformasi itu tampak pada arah dan sasaran kebijaksanaan yang
ditujukan pada pengembangan masyarakat dari ertanian berpindah (ladang dan
meramu) menjadi menetap. Teknologi pertanian dan jenis tanaman baru
diperkenalkan, terutama pembudidayaan tanaman kopi yang dilakukan dengan
penanaman wajib (Wessels 1891) berbeda dengan komoditi lainnya. Bersamaan
dengan itu, sejalan dengan Peraturan Agraria dan Perkebunan Swasta masalah
pemilikan tanah menjadi perhatian yang tidak dapat ditinggalkan (Wilken 1873;
Bertling 1928). Pada umumnya, penulisan sejarah masa Kolonial bersifat
Neerlando-sentrisme, philantropikal dan legitimatif. [ bersambung ]…
No comments:
Post a Comment