Saturday 6 December 2014

KEPEMIMPINAN DALAM MASYARAKAT BANTIK

Negeri Mandolrang zaman dahulu adalah tempat kediaman masyarakat Bantik yang aman, tenteram dan sangat indah, terletak di antara Tateli dan Tanah Wangko, Minahasa, Sulawesi Utara.
Di negeri Mandolrang inilah untuk pertama kalinya mereka mengadakan musyawarah (dalam bahasa Bantik disebut “Bakidang”), untuk memilih dan mengangkat pemimpin-pemimpin sebagai berikut :

Gudangne
Dipilih dari seorang tua, mantan panglima perang, pandai, cerdik dan jujur. Diangkat menjadi pemimpin yang mengatur kesejahteraan masyarakat Bantik.

Potu’o’san
Dipilih dan ditentukan beberapa orang-tua yang berpengalaman dan bijaksana, sebagai penasehat “Gudangne” dalam hal mengatur masyarakat. Potu’o’san bersama Gudangne juga adalah anggota Bakidang. Bawahan dari Potu’o’san disebut Talrenga.

Mogandi
Dalam bahasa Bantik artinya panglima perang. Dipilih dari seorang pahlawan, kuat, berani dan perkasa dalam peperangan. Mogandi memimpin pasukan perang yang terdiri dari :
Su’a’lrang Pinatandu, bawahan Mogandi’.
Su’a’lrang, bawahan Su’a’lrang Pinatandu.
Kohote’i’, bawahan Su’a’lrang.

Goguta
Adalah layaknya lembaga peradilan tinggi yang memutuskan perkara-perkara yang sulit. Anggota Goguta adalah orang tua-tua yang jujur dan cerdas pemikirannya. Bila dijumpai perkara-perkara yang sangat sulit, biasanya Goguta yang diketuai Gudangne berunding dengan Potu’o’san.

Selain pemimpin-pemimpin masyarakat diatas, ada juga pemimpin yang mengatur dan mengepalai suatu urusan. Mereka tidak dipilih, tetapi terangkat sendiri karena memiliki kemampuan dengan bakat-bakat tertentu, yaitu :

Lrelre’a’ng
Ahli mendengar dan mengartikan bunyi/suara burung, misalnya burung manguni, bahakeke dll; apakah memberikan tanda baik atau buruk. Lrelre’a’ng mengepalai urusan-urusan tersebut bila diperlukan masyarakat. Cara mendengar dan mengartikan tanda-tanda ini disebut “Matubaga”.

Tona’a’sa
Ahli mengepalai masyarakat dalam urusan-urusan tertentu seperti: perburuan, perkebunan, pencarian di laut dan pesisir pantai (dalam bahasa Bantik disebut “Mata’mbung”), dan lain-lain.

Balri’a’ng
Seorang yang berbakat dan ahli mengatur upacara-upacara, ibadah, dan juga sering mengobati orang sakit. Mongolra’i’ adalah cara mengobati orang sakit dengan suatu upacara yang sudah diatur sebagaimana lazimnya, Balri’a’ng bertanya kepada E’mpung, memohon agar jiwa si sakit dikembalikan. Balri’a’ng berkata-kata dalam bahasa yang tidak dimengerti semalam-malaman, sehingga dianggap jiwa Balri’a’ng juga pergi mencari dan meminta kembali jiwa si sakit. Upacara mongolra’i’ ini hilang (berhenti) sekitar tahun 1930.


Edited : Jeldy Tontey

Sumber :
  • Sejarah Anak Suku Bantik, Pdt. M. Kiroh, 1968
  • Tuturan turun-temurun masyarakat Bantik, Sulawesi Utara

No comments:

Post a Comment