DALAM PERJUANGAN PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA
Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob RatuLangie
(Sam Ratulangi)
Pahlawan Nasional Indonesia
Lahir
: Tondano, 5 November 1890
Meninggal
: Jakarta, 30 Juni 1949
Ia adalah tokoh utama Minahasa abad ke-20. Merupakan
orang Indonesia pertama yang meraih doktor dalam ilmu pasti dan alam. Menerbitkan
majalah National Comentaren serta menjadi redakturnya tahun 1938-1942
yang terkenal, dan dengan tulisannya mempengaruhi golongan intelektual agar
cinta tanah air. Pendiri Partai Persatuan Minahasa, lalu menjadi Sekretaris Minahasaraad.
Saat menjadi anggota Volksraad (Dewan
Rakyat Hindia - Belanda) mewakili Minahasa, ia sering mengucapkan pidato yang
mengecam politik pemerintah Hindia - Belanda. Karena sikap non-koperatifnya, ia
ditangkap pemerintah Hindia - Belanda pada Januari 1941. Baru dibebaskan saat
Jepang menduduki Indonesia.
Aktivitas
politiknya semakin hebat menjelang dan sesudah kemerdekaan RI.
Duduk sebagai anggota PPKI, kemudian pada 18 Agustus 1945, kemudian diangkat jadi Gubernur pertama Provinsi Sulawesi
di Makassar.
Om Sam ditangkap
Belanda dan dibuang ke Serui dan Biak, Papua, pada 5 April 1946. Tapi di tempat pembuangan ia melatih para kader nasionalis Papua.
Pada Agustus 1948, ia dibebaskan dan kembali ke Yogya. Pada Desember 1948, ia dan
para petinggi RI ditangkap saat Agresi Militer Belanda ke-2. Ia meninggal dunia karena sakit dengan status sebagai seorang tahanan musuh (Belanda).
Lambertus Nicodemus Palar
(Babe Palar / Nico Palar)
Lahir
: Rurukan - Tomohon, 5 Juni 1900
Meninggal : Jakarta, 13 Februari 1981
Meninggal : Jakarta, 13 Februari 1981
Setelah Perang Dunia II berakhir, menjadi
anggota Parlemen Kerajaan Belanda Tweede Kamer di Fractie Social
Demokratisch Arbeiders Party. Saat
pecah perang antara tentara NICA Belanda dengan pejuang kemerdekaan RI, ia
menuju Indonesia dan mengundurkan diri dari
anggota Parlemen Belanda tahun 1947, lalu diangkat oleh Pemerintah RI menjadi Juru Bicara RI di
PBB,
pada 1947 - 1950.
Nico memperjuangkan kedaulatan Kemerdekaan Indonesia di depan Dewan Keamanan
PBB. Tahun 1950 - 1953,
diangkat jadi Wakil Tetap RI yang pertama sebagai
Duta Besar Luar Biasa & Berkuasa
Penuh (Dubes) untuk PBB.
Tahun 1953 - 1956, diangkat menjadi Dubes RI untuk India. Tahun 1956, menjadi Dubes RI untuk Jerman Barat dan juga Uni Sovyet.
Tahun 1957 – 1962, diangkat menjadi Dubes RI untuk Kanada. Tahun 1962 – 1964, diangkat untuk kedua kalinya sebagai Wakil Tetap Republik Indonesia di PBB, sampai RI menarik diri dari keanggotaan PBB pada tahun
1964, kemudian tahun 1964 – 1967,
menjadi Dubes RI untuk Amerika Serikat. Ditawari
oleh universitas swasta di Amerika Serikat sebagai Guru Besar (Profesor) dan
diterimanya serta mengajar selama beberapa tahun.
Mr. Alexander Andries Maramis (Alex)
Lahir : Paniki Bawah – Manado, 20 Juni 1897
Meninggal
: Jakarta , 31 Juli 1977
Tahun 1945, menjadi anggota BPUPKI, kemudian menjadi PPKI dalam Panitia 9 dan menandatangani Piagam
Djakarta yang
kontroversial itu. Dalam Kabinet Presidensial Pertama, ia jadi Menteri Negara Kabinet RI pertama, antara
19 Agustus – 25 September 1945, Menteri Keuangan kedua sejak 25 September 1945.
Tahun 1947 dalam
Kabinet ke-5 RI (Kabinet
Amir Sjarifuddin I), sebagai Menteri Keuangan mewakili PNI. Tahun 1947 – 1948, dalam Kabinet ke-6 RI (Kabinet Amir II), juga sebagai Menteri Keuangan mewakili PNI. Tahun 1948 – 1949, dalam Kabinet Hatta Pertama (Presidentil Kabinet), jadi Menteri Keuangan.
Tahun 1948 – 1949, saat Agresi Militer Belanda ke-2, duduk dalam Kabinet Darurat Pemerintah Darurat RI (PDRI)
sebagai Menteri Luar Negeri. Tahun 1949, jadi Dubes di Filipina, lalu jadi
Dubes di Jerman Barat 1953, terakhir jadi Dubes di Moskow
1955. Pensiun
tahun 1958 dan menetap di Swiss.
Mr. Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu
(Arnold)
Lahir
: Manado, 4 Desember 1896
Meninggal : Jakarta, 5 September 1983
Meninggal : Jakarta, 5 September 1983
Dikenal
anti-Belanda & buronan pemerintah kolonial. Jadi aktivis Jong Minahasa 1919
- 1920 dan Jong Celebes 1927, Partai Persatuan Minahasa 1927 - 1930. Pada 1947
– 1949, jadi Anggota Parlemen NIT (Ketua Fraksi Progresif).
Memprakarsai
dan memimpin Goodwill Mission Parlemen NIT ke Yogyakarta sebagai Ibukota
Republik Indonesia Serikat (menyebabkan NIT bubar dan bergabung dengan NKRI). Pada
bulan Desember 1949 – 1950,
menjadi Menteri Penerangan Kabinet RIS (Pertama & Terakhir), tahun 1951 –
1952, menjadi Menteri Penerangan Kabinet Sukiman - Suwirjo, dilanjutkan tahun
1952 – 1953, sebagai Menteri Penerangan pada Kabinet Wilopo. Tahun 1953 – 1955,
jadi Dubes RI di Beijing Cina, lalu 1956 – 1959, sebagai Anggota Konstituante
RI.
Jadi Rektor
Universitas Hasanuddin 1960 – 1965, dengan gelar Guru Besar (Profesor) dan mendirikan
beberapa fakultasnya. Jasanya yang terbesar dalam revolusi Indonesia adalah
perang urat saraf dengan pegawai tinggi Hindia - Belanda.
Arie Frederick Lasut
Pahlawan Nasional Indonesia
Lahir
: Kapataran - Tondano, 6 Juli 1918
Meninggal : Pakem - Yogyakarta, 7 Mei 1949
Meninggal : Pakem - Yogyakarta, 7 Mei 1949
Jadi salah satu pimpinan laskar KRIS Yogya, sebagai
Komandan Kompi Berdiri Sendiri dalam Brigade XVI/ KRU X. Pada 16 Maret 1946, dalam
usianya ke-28 tahun, diserahi tugas sebagai Kepala Jawatan Tambang dan Geologi
RI di Bandung. Waktu itu pihak Belanda ingin menguasai dokumen dan data tentang
masalah pertambangan dan geologi di Indonesia.
Arie diancam agar menyerahkan dokumen itu.
Karena tidak berhasil, pihak Belanda mengubah taktik dengan membujuk dan
menjanjikan pangkat tinggi serta gaji besar. Inipun tidak berhasil. Ia
berpindah - pindah tempat, terakhir ke Yogya.
Ketika Belanda menduduki Yogya tahun 1949, ia
ditangkap dan dibawa ke desa Pakem di utara Yogya. Seregu tembak KNIL
mengeksekusinya tanggal 7 Mei 1949.
Mayjen Hein
Victor Worang (Kembi)
Komandan Batalyon Worang
Lahir
: Tountalete - Tonsea, 12 Maret 1919
Meninggal
: Jakarta, 13 Februari 1982
Tahun 1945, Kembi Worang menjadi kepala
pasukan dalam Pemuda RI Sulawesi (PRI-SAI). Pada Oktober 1945, PRI Barisan
Istimewa dibentuk dengan pemimpin antara lain Worang.
Pasukannya bertempur di Jawa Timur melawan
Inggris dan NICA Belanda. Tahun 1949, ia memimpin batalyon sendiri (berpangkat
Mayor). Pada Mei 1950 membantu Batalyon 3 Mei, mencegah Sulut bergabung dengan
NIT & pengaruh NICA. Bulan September 1950 pasukannya berangkat ke Ambon
menumpas gerakan Republik Maluku Selatan. Tahun 1953 – 1954, membersihkan
gerakan pemberontak Darul Islam DI/TII di Sulawesi Selatan.
Mayor Daniel Elias Mogot (Daan Mogot)
Pendiri / Direktur Pertama Akademi Militer Tangerang
Lahir : Manado, 28 Desember 1928
Meninggal
: Tangerang, 25 Januari 1946
Daan Mogot masuk PETA, dengan memalsukan
umurnya (14 tahun) tahun 1942, lalu jadi pelatih anggota PETA di Bali &
Jakarta. Seusai Perang Dunia II, ia menjadi Komandan TKR di Jakarta berpangkat
Mayor. Bulan November 1945 jadi pendiri dan Direktur Pertama Akademi Militer Tangerang
(MAT) berusia 17 tahun. Gugur di Hutan Lengkong bersama 36 orang lainnya dalam
pertempuran saat melucuti senjata tentara Jepang di tangsi mereka di hutan
Lengkong – Tangerang.
Kolonel TNI Alexander Evert Kawilarang (Alex)
Panglima Divisi Siliwangi & Indonesia
Timur
Lahir : Meestercornelis Batavia, 23 Februari 1920
Meninggal : Jakarta, 6 Juni 2000
Pada 1945, jadi opsir penghubung dengan
pasukan Inggris di Jakarta
berpangkat Mayor (berusia 25 tahun). Menjadi Kepala Staf Resimen Bogor - Divisi II Jawa
Barat, berpangkat
Letkol.
Tahun 1946, jadi Komandan Resimen Infanteri
Bogor. Sejak Agustus 1946
– 1947, jadi Komandan Brigade II / Suryakencana di Sukabumi – Bogor. Tahun 1948
– 1949, jadi Komandan Brigade I / Divisi Siliwangi, menjadi Komandan
Sub Teritorium VII / Tapanuli.
Pada 1949 – 1950, jadi Gubernur Militer Aceh
& Sumatera Utara, lalu jadi
Komandan Territorium I / Sumut, berpangkat Kolonel (usia 29 tahun). Tahun 1950,
jadi
Panglima Tentara dan Territorium I (TT-I) / Bukit Barisan di Medan.
Sebagai Panglima Operasi Pasukan Ekspedisi di Indonesia Timur
sejak 15 April 1950. Tahun 1950 – 1951, jadi Panglima Komando
TT-VII / Indonesia Timur di Makassar. Tahun 1951 – 1956, menjadi Panglima Komando TT-III / Siliwangi
di Bandung dan tahun 1956 – 1958, menjadi Atase Militer RI di Washington DC, Amerika
Serikat, berpangkat Brigjen (lokal).
Kolonel Jacob Frederik Warouw (Joop)
Panglima TT-VII / Wirabuana
Lahir
: Batavia, 8 September 1917
Meninggal : Tombatu, Oktober 1960
Meninggal : Tombatu, Oktober 1960
Tahun 1945, menjadi Wakil Pimpinan Bagian
Pasukan PERISAI (Pemuda RI Sulawesi), merangkap Kepala Barisan PRI Sulawesi
(PERISAI) bulan Oktober 1945, lalu jadi salah satu Komandan Barisan Istimewa
PERISAI.
Tahun 1946, jadi Kepala Staf Divisi VI
Tentara Laut RI (TLRI) di Lawang-Jawa Timur berpangkat Letkol (berumur 28
tahun). Pada 1946 – 1948, menjadi Wakil Komandan / Kepala Staf ALRI Pangkalan X
di Situbondo Jatim (ex Divisi VI ALRI).
Tahun 1948 – 1950, Komandan Brigade XVI di
Yogyakarta. Tahun 1950 – 1952, sebagai Komandan Komando Pasukan (Kompas) B –
Sulut dan Maluku Utara di Manado, lalu jadi Komandan Kompas D – Maluku Selatan
di Ambon, serta Komandan Kompas A – Sulsel di Makassar.
Tahun 1952 – 1953, jadi Kepala Staf TT-VII / Indonesia
Timur. Tahun 1954 – 1956, Panglima TT-VII / Wirabuana berpangkat Kolonel. Tahun
1956 – 1958, sebagai Atase Militer – Kedubes RI di Beijing Cina.
Letkol Herman Nicolas Ventje Sumual
Komandan KRIS Yogyakarta
Lahir : Remboken - Minahasa, 11 Juni 1923
Tahun 1945 - 1948, jadi perwira penghubung
KRIS di Jakarta. Setelah pindah di Yogyakarta, jadi Pucuk Pimpinan Laskar
"KRIS" di sana. Jadi perwira Staf Brigade-XII (ex Laskar KRIS) di
Yogya.
Tahun 1948 – 1950, jadi Kepala Staf KRU-X (ex
Brigade XII). Tahun 1948, jadi Kepala Staf Brigade-XVI (ex KRU-X) di Yogya.
Tahun 1949, jadi Komandan SWK-103A/WK-III di Yogya.
Dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di
Yogyakarta, sebagai Komandan SWK-103A / Yogyakarta Barat WK-III, memimpin
serangan dari arah barat serta berhasil menyerang markas besar tentara Belanda
(T-Brigade) di tengah kota Yogya. Menjadi perwira Komando Pasukan Sulut dan Maluku
di Manado, lalu menjadi Komandan Kompas B SU-MU di Manado (RI-24).
Tahun 1952 – 1953, menjadi Kasi-I Inspektorat
Infanteri AD di Bandung, tahun 1953 – 1956, menjadi Komandan Latihan dan Inspektur
Pendidikan di Bandung.
Robert Wolter Mongisidi (Bote)
Pahlawan Nasional Indonesia
Lahir
: Malalayang, 14 Februari 1925
Meninggal : Makassar, 5 September 1949
Meninggal : Makassar, 5 September 1949
Tahun 1945, jadi Sekretaris LAPRIS (Laskar
Pejuang Republik Indonesia Sulawesi) di bawah pimpinan Ranggong Daeng Romo. Dua
kali tertangkap oleh NICA, pertama bulan Februari 1947, namun berhasil
melarikan diri dari penjara. Pada Oktober 1947, tertangkap lagi. Pahlawan Sulawesi
Selatan asal Bantik ini, ditembak mati di hadapan regu tembak tentara NICA-KNIL
dalam umur 24 tahun. Di dalam Alkitab yang dipegangnya ada kertas bertulis “Setia
hingga terachir didalam kejakinan”, tertanggal 5 September 1949.
Letkol Charles Choesoy Taulu (Chalie)
Pahlawan Peristiwa Merah Putih 1946
Lahir
: Kawangkoan, 20 Mei 1909
Meninggal : Jakarta, 20 Mei 1969
Meninggal : Jakarta, 20 Mei 1969
Setelah Jepang kalah perang, ia melanjutkan
dinasnya di dalam KNIL, pada tanggal 12 Oktober 1945, setelah Pemerintahan
Sipil Hindia Belanda (NICA) mengambil alih kekuasaan. Saat itu ia berpangkat
Furir di kesatuan KNIL Kompi VII di Manado.
Pada 14 Februari 1946, menggerakkan anggota
KNIL yang pro-RI untuk menguasai Tangsi KNIL di Teling Manado dan mengadakan
kudeta. Pagi dan siang harinya diadakan perebutan kekuasaan di beberapa kota di
Minahasa. Kemudian diangkat menjadi Komandan Tentara Republik Indonesia
Sulawesi Utara (TRISU). Kekuasaan orang-orang Merah Putih ini hanya bertahan
selama 25 hari, hingga 11 Maret 1946 dan NICA berkuasa kembali di Minahasa
akibat pengkhianatan serta jebakan licik Belanda.
Bernard Wilhelm Lapian
Pahlawan Peristiwa Merah Putih 1946
Lahir
: Kawangkoan, 30 Juni 1892
Meninggal : Jakarta, 5 April 1977
Meninggal : Jakarta, 5 April 1977
Tahun 1933, jadi pendiri KGPM, sebuah gereja
berpaham nasionalis. Jadi anggota Minahasaraad lalu Volksraad
(Dewan Rakyat Hindia Belanda). Tahun 1945, jadi anggota Panitia Badan Persiapan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (BPPKI) di Tondano.
Tahun 1945 – 1946, menjadi Kepala Distrik
Manado. Dalam Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, diangkat menjadi Kepala
Pemerintahan Sipil Sulawesi Utara (Keresidenan Manado, meliputi Sulawesi Utara
& Tengah). Tahun 1951 – 1952, jadi Acting (pejabat) Gubernur
Sulawesi di Makassar.
Letkol Adolf Gustaaf Lembong
Lahir
: Ongkau, Minsel,19 Oktober 1910
Meninggal
: Bandung, 23 Januari 1950
Tahun 1943, ia pergi ke Filipina menjadi
anggota pasukan sekutu ABDA (American, British, Dutch, Australia), berpangkat
Letnan dan bergerilya di hutan. Tahun 1947, dengan pangkat Kapten tentara
sekutu menuju Jawa Timur dan diserahkan kepada NICA, lalu diturunkan pangkat
jadi Letnan.
Bergabung dengan Laskar KRIS, tahun 1948,
diangkat jadi Komandan Brigade XVI / Pasukan Seberang berpangkat Letkol. Ia
sempat ditawan oleh Belanda di Ambarawa. Ia dipanggil Mabes TNI untuk menyusun
rencana organisasi militer TNI, karena ia berpengalaman di Filipina sebagai
tentara sekutu untuk pendidikan setingkat kompi.
Mendapat promosi untuk jadi Atase Militer RI
di Filipina karena latar belakangnya saat Perang Dunia II di sana. Sebelum itu,
ia diangkat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Militer TNI-AD di Bandung. Ia tak
sempat memegang jabatan itu karena sekitar seribu tentara APRA pimpinan
Westerling menyerbu Bandung dan membantai beliau saat berada di kantornya di
Markas Staf Kwartier Siliwangi.
No comments:
Post a Comment