Saturday 8 November 2014

SEKILAS KIPRAH PEMUDA DALAM SEJARAH

“Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak,
karena fungsi hidupnya hanya beternak diri” - Pramoedya Ananta Toer.


Suatu malam di pertengahan Agustus 1945, sekelompok pemuda mendatangi kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Bung Karno, yang sudah mengetahui kedatangan utusan pemuda ini, segera menemui mereka di beranda rumah. Sekarang, Bung! Sekarang, malam ini juga kita kobarkan revolusi,” ujar Chaerul Saleh, salah seorang dari pemuda tersebut. “Kami tidak ingin mengancammu, bung,” kata Wikana dengan suara serak.
Pemuda asal Sumedang, Jawa Barat, itu melangkah dengan sebilah pisau terjulur di tangannya. “Revolusi di tangan kami sekarang dan kami memerintah Bung. Kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, maka…”
“Maka apa?” teriak Bung Karno yang bangkit dari kursinya. “”Ini batang leherku,” katanya setengah berteriak sambil mendekati Wikana. “Seret saya ke pojok itu dan potong malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!” kata Bung Karno dengan setengah berteriak.
Begitulah sekilas cuplikan dialog pemuda saat memaksa Bung Karno, dan juga mereka yang disebut golongan tua saat itu, untuk membacakan proklamasi kemerdekaan.
Akhirnya, karena rencana di atas menemui kegagalan, para pemuda kemudian menculik Bung Karno dan membawanya ke Rengasdeklot, Karawang.
Inilah salah satu peranan menonjol pemuda dalam proklamasi kemerdekaan. Banyak peristiwa sebelum dan sesudah kemerdekaan juga menceritakan peranan dari kaum muda. Tidak salah kemudian, campur-tangan pemuda yang sangat besar dalam jalannya revolusi di Indonesia oleh Ben Anderson disebut “revolusi pemuda”.
Dua orang penulis dari luar, Robert Cribb dan Anderson, berusaha merekam peranan pemuda di Jakarta pada waktu proklamasi kemerdekaan dan beberapa waktu sesudahnya. “Akhirnya saya percaya bahwa watak khas dan arah dari revolusi Indonesia pada permulaannya memang ditentukan oleh kesadaran pemuda ini,” kata Anderson.


Pramoedya Ananta Toer, salah seorang sastrawan besar Indonesia, mengatakan sejarah Indonesia adalah sejarah pemuda Indonesia, yang dimulai dengan Perhimpunan Indonesia di Belanda, Sumpah Pemuda, Revolusi Agustus 1945, hingga penggulingan diktator Soeharto. “Hanya sayang mereka tidak melahirkan pemimpin,” kata Pram.
Perhimpunan Indonesia, yang beranggotakan mahasiswa Indonesia di Belanda, merupakan salah satu organisasi pemuda yang banyak menyumbang gagasan mengenai Indonesia merdeka, terutama terkait terselenggaranya Kongres Pemuda dan lahirnya Sumpah Pemuda.
Para pemuda-pemuda itu, sekembalinya mereka ke tanah air, telah menjadi kemudi dari berbagai partai politik pergerakan di tanah air: Partai Nasional Indonesia (PNI) - sebelum dibubarkan, Partindo, PNI-Baru, PKI, dan Partai Syarekat Islam.
Merekalah, yang masih dalam usia dua-puluhan, menulis panjang lebar mengenai gagasan-gagasan Indonesia Merdeka: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Semaun, Tan Malaka, dan lain sebagainya. Gagasan-gagasan itu tidak hanya diuraikan dalam coretan tinta di atas kertas, tetapi diperjuangkan habis-habisan dan menjadi pegangan politik di sepanjang hidupnya.
Para pemuda pula, ketika kesempatan dan momen itu telah tiba, mendesak dan memaksa Bung Karno dan Bung Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan.


Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, pasukan sekutu yang diboncengi oleh tentara Belanda, berusaha menjajah kembali Indonesia. Dalam banyak pertempuran, sebagaimana juga dikisahkan banyak saksi sejarah, para pemuda telah ambil-bagian sebagai martir-martir yang gugur di masa-masa awal mempertahankan Republik baru ini.
Ketika Sjahrir menempuh jalan berunding dengan pihak Belanda, para pemuda radikal dan revolusioner menyatakan “pembangkangan”. Tidak heran, ketika kabinet Sjahrir jatuh pada bulan Juni 1947, para pemuda bersorak gembira dan menganggap hari itu sebagai hari yang sudah lama ditunggu-tunggu.
Cornel Simanjuntak, seorang pemuda revolusiner yang pandai menciptakan lagu-lagu perjuangan, ikut mengangkat senjata dan bertempur melawan tentara sekutu dan Belanda. Sampai akhirnya, dalam sebuah pertempuran di daerah Senen - Tangsi Penggorengan Jakarta, pahanya tertembak.
Cerita mengenai Cornel hanyalah satu dari jutaan pemuda Indonesia yang punya semangat berkobar-kobar untuk memenangkan revolusi Agustus 1945 kala itu.

PEMUDA : PENENTU SEJARAH BANGSA (3)

Cakrawala Juang Pemuda Indonesia
“Koridor dan Potensi Kedigdayaan Bangsa”

Cakrawala Juang Pemuda Indonesia telah terbentang sangat terang benderang, sejak jaman tradisional Kerajaan Majapahit hingga Indonesia modern, yang membutuhkan Reformasi dan Demokratisasi, yang diperjuangkan mahasiswa dan pemuda pada tahun 1998.
Cakrawala Juang Pemuda Indonesia adalah pertautan dan pertalian kesejarahan yang berkesinambungan yang mesti dipahami, disadari serta diamalkan pemuda dari masa ke masa.


Cakrawala Juang Pemuda Indonesia adalah keterpanggilan tugas dan tanggungjawab untuk senantiasa menjadi subjek sejarah yang dapat menghantar rakyat dan bangsa menuju “Kedigdayaan” seperti yang diperlihatkan Patih Gajah Mada, dengan emporium Kerajaan Majapahitnya yang menjadi landasan bangsa dan Negara modern Indonesia yang diperjuangkan generasi 1928 dan 1945.
Cakrawala Juang Pemuda Indonesia adalah kedudukan, kiprah dan keberanian tampil menjadi pelopor pergerakan dan perjuangan di tanah air Indonesia agar segenap rakyat, bangsa dan negaranya senantiasa solid dan sinergis dalam membangun kemajemukan menuju kesejahteraan, kemakmuran, keadilan, kedamaian, kemerdekaan yang bermartabat dan serta membawa maslahat bagi umat manusia di dunia.


Cakrawala Juang Pemuda Indonesia masa kini hingga ke depan adalah keterpanggilan sejarah untuk memperjuangkan pertalian dan kesinambungan cita-cita dan tujuan luhur Sumpah Pemuda, Proklamasi, Reformasi dan Demokratisasi yang masih jauh dari harapan dan kenyataan.
Cakrawala Juang Pemuda Indonesia masa kini adalah segera memacu pecepatan, perkuatan dan perluasan kesejahteraan, kemakmuran, keadilan, kesetaraan dan kemaslahatan rakyat, bangsa dan Negara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak terjebak dalam primordialisme dan sektarianisme yang dangkal.
Cakrawala Juang Pemuda Indonesia adalah mengembangkan kemajemukan rakyat menuju bangsa dan Negara Indonesia yang Digdaya memiliki harkat dan martabat tinggi di antara bangsa-bangsa lain di dunia sebagaimana yang telah diperlihatkan pada masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit jauh di masa lalu.

(Sumber : Buku Putih Partai Pemuda Indonesia)

PEMUDA : PENENTU SEJARAH BANGSA (2)

Latar Belakang Kekinian Pemuda Indonesia
“Keharusan Pemuda Solid Bersinergi”

Tegaknya reformasi dan demokratisasi yang diperjuangkan mahasiswa dan pemuda pada era 1998, belum menjamin kehidupan rakyat yang lebih baik. Kendati eksekutif dan legislatifr telah berupaya maksimal membangun sarana dan prasarana kehidupan.
Bagi suatu ‘anomali’ – kehidupan segenap rakyat di masa kini, sulit diterka kompleksitas dan intensitas beban hidupnya. Di tengah tekanan dan tuntutan mencari nafkah yang kian pelik dikais, bencana dan musibah datang silih berganti menambah derita dan sengsara rakyat.
Di antara berjuta-juta rakyat itu, sebagian terbesar justeru adalah Pemuda. Sangat banyak yang menganggur dalam kemiskinannya. Mereka menanti bimbingan dan dukungan untuk meraih kehidupan masa depan yang lebih baik.


Jutaan pemuda yang menganggur dan miskin adalah aset terabaikan, yang kerap menjadi objek dan komoditas eksploitasi yang dimarjinalisasi. Sudah tiba saatnya pemuda bangkit bahu membahu, membangun sinergi baru, solid bersama meraih akses langsung terhadap perubahan dan pembaruan kehidupan secara nyata.
Untuk itulah dibutuhkan wahana perjuangan baru yang mampu mengkonsolidasi dan merevitalisasi komponen kepemudaan dan kerakyatan dari strata yang terpinggirkan menjadi elemen bangsa yang power full untuk segera memacu percepatan, perluasan dan penguatan kesejahteraan bagi segenap pemuda dan rakyat Indonesia.

(Sumber : Buku Putih Partai Pemuda Indonesia)

PEMUDA : PENENTU SEJARAH BANGSA (1)

Latar Belakang Kesejarahan Pemuda Indonesia
“Pemuda – Subjek Penentu Sejarah Bangsa”

Perjalanan kesejarahan Indonesia, dari masyarakatnya yang tradisional feodalistik menjadi suatu bangsa dan Negara modern yang demokratis, bersatu, merdeka dan berdaulat, secara keseluruhan merupakan resultante dan akumulasi pengabdian, pergerakan dan perjuangan komponen pemuda dan kepemudaan Indonesia.
Sejarah telah mencatat dan membuktikan bahwa dipundak pemuda, Indonesia bangkit dan lahir menjadi suatu bangsa dan Negara modern. Perjalanan kekinian dan masa depan sejarah bangsa sangat ditentukan oleh kiprah dan kepeloporan pemuda. Tidak diragukan lagi bahwa komponen pemuda dan kepemudaan di tanah air telah memiliki sumbangsih yang sangat besar, tak terbantah dan sungguh monumental mulai berdirinya pergerakan Budi Utomo 1908, tercetusnya Sumpah Pemuda 1928, tercapainya Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, hingga tegaknya Reformasi dan Demokratisasi bangsa dan Negara Indonesia pasca 1998.


Besarnya peran, tanggungjawab dan kepeloporan pemuda bahkan sudah diperlihatkan jauh sebelumnya ketika Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit mengucapkan sumpah Palapanya “yang tidak akan berpangku tangan bersenang-senang sebelum menyatukan bumi nusantara”. Gajah Mada yang diyakini masih berusia muda ketika menjadi Patih Kerajaan Majapahit dan mengikrarkan sumpah mulianya itu, sejatinya memberikan teladan luhur yang telah diamalkan oleh Pemuda-pemudai generasi terdahulu era 1908, 1928 dan 1945.
Kredibilitas Pemuda di waktu yang lalu sebagai ‘Sang Penentu’ arah perjalanan sejarah bangsa, sudah teruji tampil menghantar perubahan dan pembaharuan mendasar bagi rakyat. Belajar dari pemuda masa lalu, tidak sepantasnya pemuda masa kini berdiam diri, bersikap pasrah tergerus arus menjadi objek dan komoditas belaka. Sudah waktunya segenap komponen dan potensi pemuda di masa kini dan mendatang bangkit merajut pertalian sejarah menjadi insan penentu pergerakan, perjuangan perubahan dan pembaruan bagi kemaslatan hidup rakyat, bangsa dan Negara.

(Sumber : Buku Putih Partai Pemuda Indonesia)

Tuesday 4 November 2014

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 18)

PINDOLA


Pindola adalah Brahmana dan umum. Karena ia telah dikhususkan untuk agama Buddha, yang melarang membunuh, ia diperintahkan oleh raja untuk menjadi seorang biarawan. Dia bergabung dengan biara di pegunungan di mana ia bisa mendengar harimau melolong setiap hari. Dia mengatakan bahwa harimau itu mungkin lapar dan harus diberi makan beberapa makanan vegetarian. Jika tidak harimau mungkin menjadi pemakan manusia.
Jadi Pindola dikumpulkan makanan dari para biarawan dan memasukkannya ke dalam ember yang ia ditinggalkan di luar biara. Harimau itu memang datang untuk makanan setiap malam. Setelah jangka waktu tertentu, harimau dijinakkan. Jadi Pindola disebut sebagai Taming Tiger Lohan.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 17)

NANTIMITOLO


Nama Sansekerta-nya adalah Nantimitolo. Nanti berarti senang, dan mitolo, teman. Bersama nama berarti senang teman. Dia disebut Taming Naga Lohan untuk tindakan berani ia dilakukan.
Di India kuno, orang-orang dari kerajaan kecil, setelah dihasut oleh setan, mengamuk melawan umat Buddha dan biara-biara, mencuri sutra Buddha. Raja bawah membanjiri kerajaan dan menyelamatkan sutra, yang dimasukkan ke dalam istananya. Nantimitolo menaklukkan penjaga naga dan memulihkan sutra kembali ke bumi. Oleh karena itu ia disebut Taming Naga Lohan.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 16)

ASITA


"Asita" dalam bahasa Sansekerta berarti terbandingkan tepat, atau proporsi yang benar dalam roh dan fisik. Menurut legenda, Asita lahir dengan dua alis putih panjang. Cerita itu bahwa dalam kehidupan sebelumnya dia adalah seorang biarawan yang, meskipun telah berusaha sangat keras namun tidak bisa mencapai pencerahan bahkan pada usia lanjut, dan hanya memiliki dua alis putih panjang yang tersisa. Setelah kematiannya ia bereinkarnasi sebagai manusia lagi.
Setelah ia lahir, ayahnya diberitahu bahwa Shakyamuni Buddha juga memiliki dua alis panjang, oleh karena itu anaknya memiliki tampilan Sang Buddha dalam dirinya. Akibatnya, Asita telah dikirim ke biara untuk menjadi biarawan, akhirnya mencapai pencerahan.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 15)

ANGIDA


Menurut legenda, Angida adalah ular-penangkap India yang bertujuan untuk mencegah ular dari menggigit orang yang lewat. Setelah ular tertangkap, ia akan menghapus taring berbisa dan kemudian melepaskan mereka di pegunungan. Itu karena kebaikan ini hati yang Angida mampu mencapai pencerahan. Dia membawa tas untuk menempatkan ular.
Dia seharusnya telah muncul di Fenghua di Provinsi Zhejiang di 907 AD sebagai biarawan pengemis yang membawa tas. Dia terlihat untuk kedua kalinya di Cina pada 917 AD, berkhotbah di atas batu di samping Candi Yuelin.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 14)

PANTHA THE ELDER


Menurut legenda, Pantha Elder adalah pangeran dari kerajaan India kecil yang disebut Kintota. Ketika ia menjadi seorang biarawan, dia suka bermeditasi dalam gaya setengah lotus. Setelah bangun, dia akan mengangkat tangannya dan menghela napas dalam-dalam, maka nama Raised Tangan. Dia adalah kakak dari Doorman Lohan. Dua saudara keduanya lahir sementara ibu sedang melakukan perjalanan, dan diberi nama Sansekerta yang berarti "lahir di jalan."

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 13)

VANAVASA


Menurut legenda, ia lahir selama hujan lebat, dan pohon-pohon pisang di kebun punggungnya yang gemerisik berisik. Dengan demikian ia diangkat Vanavasa, yang berarti hujan dalam bahasa Sansekerta. Kemudian ia menjadi seorang biksu Buddha, akhirnya mencapai pencerahan. Karena dia suka bermeditasi di bawah pohon pisang, ia disebut Plantain Lohan.


Dalam mitologi, ia seharusnya telah ditempatkan di gunung Ko-Chu dengan 1.400 Lohans lebih rendah. Dia kadang-kadang ditampilkan bermeditasi di sebuah gua dengan mata tertutup dan tangan dilipat lututnya.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 12)

VAJRAPUTRA



Vajraputra secara harfiah berarti "manusia kucing." Dia adalah seorang pemburu singa sebelum dia bertobat kepada agama Buddha. Setelah ia telah mencapai pencerahan, singa kecil datang main-main ke sisinya. Binatang itu tampaknya berterima kasih kepadanya untuk menyerahkan kehidupan membunuh singa, sehingga hemat orang tua dan saudara.


Sejak itu, Vajraputra dan singa kecil telah menjadi tak terpisahkan. Singa, dengan raungan bumi mengguncang nya, melambangkan kekuatan tak terkalahkan dari Buddhisme. Oleh karena itu, sangat umum untuk menemukan sepasang singa berdiri menjaga di pintu gerbang depan sebuah kuil Buddha atau biara di Cina.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 11)

RAHULA


Rahula adalah nama India konstelasi. Di India kuno, diyakini bahwa gerhana disebabkan oleh sebuah bintang yang datang antara bumi dan bulan atau matahari; menghalangi cahaya. Lohan ini lahir saat gerhana bulan dan diberi nama Rahula, konstelasi yang menyebabkan fenomena ini.


Rahula adalah salah satu dari 10 murid favorit Buddha, dan terkenal karena kekuasaan meditasinya. Hal ini diyakini bahwa ia bisa menjadi mahakuasa dan mahatahu selama meditasi. Ketika tenggelam dalam pikirannya, ia merenungkan kebijaksanaan dan tindakan.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 10)

PINDOLA THE BHARADVAJA


Pindola yang Bharadvaja, dari keluarga Brahmana kasta tinggi, dulunya seorang pejabat pemerintah yang kuat dalam kerajaan India, sangat dipercaya oleh raja. Suatu hari ia tiba-tiba memutuskan untuk menjadi seorang biarawan Buddha dan, tidak ingin mendengar permohonan dari raja, ia pergi untuk bergabung dengan biara jauh di pegunungan.


Suatu hari, ia muncul di depan istana, naik rusa. Menyadari dia, para penjaga kerajaan segera dilaporkan kepada raja yang keluar untuk menerimanya. Raja mengatakan kepadanya bahwa dia bisa memiliki posisi kembali jika ia ingin. Bharadvaja menolak dan mengatakan bahwa ia datang kembali untuk meminta raja untuk bergabung dengannya. Setelah percakapan yang panjang, menggunakan berbagai metafora untuk menjelaskan dosa daging dan keinginan, ia akhirnya meyakinkan raja, yang turun tahta demi anaknya dan mengikuti Bharadvaja untuk menjadi seorang biarawan.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 9)

PANTHA THE YOUNGER


Menurut legenda, lohan ini, juga dikenal sebagai Pantha Muda, adalah salah satu murid favorit Buddha. Ketika ia pergi sedekah-mengemis dia akan menggedor pintu orang. Suatu kali ia melakukan itu, pintu tua dan busuk runtuh, dan ia harus meminta maaf kepada pemilik rumah.


Jadi Buddha memberinya staf timah dan berkata kepadanya, "Ketika Anda pergi sedekah-mengemis, Anda tidak perlu menggedor pintu orang lagi. Hanya tekan staf ini. Jika orang-orang di dalam ingin memberikan sedekah, mereka akan datang out. "Staf timah memiliki beberapa cincin di atasnya dan membuat suara cahaya ketika diketuk. Staf timah telah menjadi simbol lohan ini.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 8)

NANDIMITRA


Menurut legenda, Nandimitra lohan ini, yang manis, adalah murid terakhir Sang Buddha. Dalam memori master tercinta, Nandimitra sering membawa pagoda dibuat khusus dengan dia, menandakan bahwa Buddha selalu ada, selama-lamanya.


Sebelum pengenalan Buddhisme ke Cina, tidak ada pagoda di negeri ini. Orang Cina harus membuat karakter baru, dari suku kata pertama dari kata Sansekerta asli, untuk memanggil struktur arsitektur yang unik ini. Dalam ajaran Buddha, pagoda merupakan wadah untuk tulang Buddha, dan karena itu, melambangkan iman.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 7)

NAKULA


Menurut tradisi, lohan ini, Nakula atau Pakula, awalnya seorang pejuang dengan kekuatan besar. Dia menyerah kehidupan berjuang dan membunuh untuk menjadi biarawan, akhirnya mencapai pencerahan melalui meditasi konstan. Namun, karena mantan profesinya, ia masih memancarkan kekuatan fisik bahkan selama meditasi.


Dalam mitologi, bidang ini lohan murah dari pengaruh diperpanjang melalui seluruh India, dan dianggap salah satu murid favorit Buddha. Kadang-kadang, ia digambarkan sebagai seorang guru, memegang tali tasbih Buddha dengan seorang anak kecil di sampingnya).

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 6)

NAGASENA


Nama Sansekerta-nya adalah Nagasena, yang berarti pasukan naga dan melambangkan kekuatan supranatural yang kuat. Nagasena seorang yang fasih berbicara dan debat. Dia terkenal di seluruh India untuk khotbah-Nya pada "tidak mendengar kejahatan" pepatah. Indera pendengaran merupakan salah satu dari enam sumber melalui mana manusia menjadi sadar dunia.


Oleh karena itu seorang praktisi Buddhisme harus menghindari mendengarkan suara dekaden dan rahasia tertentu orang lain. Dengan demikian ia sering digambarkan sebagai menggaruk telinganya, sikap melambangkan pemurnian indera pendengaran dalam mencari damai dan tenang.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 5)

KALIKA (KATIKA)


Kali dalam bahasa Sansekerta berarti gajah dan Kalika, seorang pengendara gajah, atau pengikut Kali. Gajah, untuk kekuatan besar dan daya, daya tahan dan ketekunan, melambangkan kekuatan Buddha.


Kalika lohan itu gajah pelatih-berubah-biksu yang telah mendapatkan manfaat yang cukup untuk mencapai pencerahan. Dalam memori mantan profesinya, ia sering digambarkan dengan seekor gajah.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 4)

KANAKA THE VATSA


Kanaka yang Vatsa adalah seorang pembicara publik yang terkenal dan debat dari ajaran Buddha. Ketika ditanya apa yang berhubungan dengan kebahagiaan, ia akan menjawab bahwa itu dialami melalui panca indera.


Ketika ditanya apa maksud  kebahagiaan, ia akan menjawab bahwa kebahagiaan adalah sukacita yang datang tidak dari panca indera tapi dari dalam, seperti merasa Buddha dalam hatinya. Dia sering mengenakan wajah tersenyum selama debat dan terkenal karena khotbah dalam kebahagiaan, karena itu ia disebut Happy Lohan.

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 3)

KANAKA THE BHARADVAJA


Kanaka yang Bharadvaja adalah seorang biarawan pengemis Buddha yang digunakan untuk meminta sedekah dengan menaikkan mangkuknya. Setelah ia telah mencapai pencerahan, ia dipanggil Bowl Lohan yang Dibesarkan.
Kata mangkuk sedekah, bo, dipinjam dari bahasa Sansekerta, mengambil yang pertama dari tiga suku kata dari kata aslinya, karena tidak ada kata seperti dalam bahasa Cina. Pada awal, mangkuk terbuat dari logam.


Saat ini, bagaimanapun, mangkuk umumnya ditemukan harus terbuat dari halus dipoles bagian tempurung kelapa atau kayu beech merah. Penggunaannya, yang memegang makanan sedekah, tetap tidak berubah.

Monday 3 November 2014

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 2)

GOBAKA



Gobaka adalah pangeran dari kerajaan kecil di India. Ketika ia dibuat putra mahkota, adiknya mulai pemberontakan. Tapi Gobaka meyakinkan saudaranya bahwa ia ingin menolak kerajaan dan menjadi seorang biarawan karena ia hanya memiliki Buddha di dalam hatinya.



Sebagai bukti, ia terkena dadanya dan memang ada Buddha dalam hatinya. Adik kemudian percaya padanya dan berhenti pemberontakan. Gobaka menjadi seorang biarawan.
Hal ini diyakini bahwa Gobaka adalah biarawan Shan Wu Wei, yang tiba di Changan (Xi'an hari ini) selama Dinasti Tang di 716 AD Gobaka secara harfiah berarti 'orang yang hati', lemah secara fisik tapi kuat semangat).

Pengikut Budha Yang Religious (Jilid 1)

BODHIDHARMA

Bodhidharma adalah seorang pangeran dari India Selatan yang datang ke Tiongkok tahun 520 M pada masa Dynasti Liang (502-557 M), kaisarnya bernama Liang Wu Ti. Kedatangan Bodhidharma ke Tiongkok sangat mempengaruhi budaya Tiongkok di kemudian hari. Yang paling penting dari Bodhidharma ialah meletakkan dasar pembentukan Agama Buddha Ch’an di Tiongkok dengan tradisi India. Di India di kenal dengan sekte Dhyana, Ch’an di Tiongkok dan Zen di Jepang



Menurut sejarah Sekte Ch’an dan silsilahnya , Bodhidharama adalah patriarch ke-28 dari urutan Buddha sakyamuni, dan merupakan patriarch  ke-1 dalam Sekte Ch’an sampai dengan Hui-Neng sebagai patriarch ke-6.


Dijelaskan pada suatu ketika waktu Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma kepada murid-muridNya yaitu para bhiksu dan mahkluk agung lainnya, kemudian datanglah seorang Brahmin ke hadapan Hyang Buddha dengan memberikan sekuntum Bunga Kumbhala. Pada saat pemberian Bunga Kumbhala itu, Hyang Buddha tidak berkata sepatah katapun, hanya tersenyum dalam meditasi dengan memancarkan sinar dari dalam tubuhNya. Hanya Maha Kasyapa yang mengerti akan ajaran tersebut dan dia turut tersenyum, sedangkan yang lain tidak mengerti. Maka Hyang Buddha berkata kepada Maha Kasyapa: “Pelajaran tersebut kuwariskan kepadamu, karena hanya engkau yang mengerti”. Pelajaran tersebut  diberikan dari hati ke hati.
Demikianlah terus diwariskan doktrin tersebut dari satu patriarch ke patriarch selanjutnya sampai ke Bodhidharma.

18 Lohan dari Kuil Budha China

Dibuatkan Patung Emas di Pagoda Ekayana Tomohon


Lohan atau Arhats (dalam Buddhisme dan Jainisme) adalah seseorang yang telah mencapai tujuan hidup religious. "Tapi, berbeda dari candi lainnya di mana baik 18 arhats yang memberitakan Buddhisme atau 20 'Wali Hukum Buddhis' berdiri di dua sisi lorong, di sini, mereka berdiri bersama-sama."



Berikut 18 Lohan/Arhats yang dibuatkan Patung Emas di Pagoda Ekayana, yaitu :

  1. Bodhidharma,
  2. Gobaka,
  3. Kanaka The Bharadvaja,
  4. Kanaka The Vatsa,
  5. Kalika (Katika),
  6. Nagasena,
  7. Nakula,
  8. Nandimitra,
  9. Pantha The Younger,
  10. Pindola The Bharadvaja,
  11. Rahula,
  12. Vajraputra,
  13. Vanavasa,
  14. Pantha The Elder,
  15. Angida,
  16. Asita,
  17. Nantimitolo,
  18. Pindola.