Wednesday 26 November 2014

SEJARAH MUSIK KOLINTANG (1)

Dari Gong Perunggu Tercipta Kolintang Kayu



Kolintang merupakan nama alat musik gong perunggu abad 17 di Sulawesi Utara, Sumatera dan Filipina Selatan. Tersebar melalui perdagangan antar pulau melewati jalur perdagangan sutra.
Pusat perdagangan Internasional adalah Ternate dan Tidore sebagai penghasil rempah-rempah, pala dan cengkih. Jalur perdagangan selatan dari pantai Timur India pelabuhan Cambaya, Sumatera Utara, Malaka, pantai Utara pulau Jawa lalu ke Ternate Tidore. Jalur perdagangan Utara dari India ke Malaka, Brunei, Filipina Selatan, Sulawesi Utara, lalu ke Ternate dan Tidore.
Kolintang gong kemungkinan telah tiba di Minahasa melalui Ternate dari Kerajaan Majapahit (1350-1389), yang armada pelayarannya sudah sampai di kepulauan Sangihe dan Talaud. Tercatat dalam buku negara Kartagama ditulis : ”Uda Makat raya dinikanang sanusa pupul” (1*), mungkin juga dari Cina karena pulau Siauw telah tercatat dalam peta pelayaran Cina di buku ”Shun Feng Hsin Sung” ditulis oleh SHAO (2*) pada awal abad ke 15.
Tahun 1972, penulis membawa MOMONGAN (Gong perunggu) asal Tomohon di Minahasa yang retak, untuk diperbaiki di Yogyakarta, pengrajin Gong di Yogyakarta, mengatakan bahwa campuran timah dan tembaga gong tersebut menunjukkan ciri khas buatan kerajaan Belambangan dari Jawa Timur (Ditaklukkan Mataram pada tahun 1639).
Beberapa penulis bangsa barat yang menulis mengenai Minahasa awal abad ke 19, memberi data mengenai alat musik KOLINTANG Minahasa terbuat dari bahan logam dan bukan dari kayu.
Penulis J. Hickson mencatat sebagai berikut (3*) ...the party next return to the house, the gong kolintang are sounded (terjemahan bebas : …peserta pesta upacara kemudian kembali kerumah, dan gong kolintang lalu dibunyikan.) Selanjutnya penulis J. Hickson menceritakan mengenai Mapalus dan lebih menjelaskan bahwa kolintang itu gong (4*) ...Mapalus bieting Gongs/Kolintang (Terjemahan bebas : ...Pekerja Mapalus memukul Gong/Kolintang ).
Nada-nada Kolintang Gong ditulis oleh N. Graafland dalam bentuk solmisasi ; do – mi – sol - mi... la – do – fa - si , ada gong besar dengan nada fa rendah (5*)
Alat musik kolintang Gong Minahasa jaman tempo dulu dapat kita lihat pada gambar sketsa buku Ethnographisce Miezelen Minahasa Celebes, A. Meyer and O. Ritcher di Museum Dresden 1902. Gambar penari Kabasaran memakai tombak, diiringi musik kolintang gong yang nampak di sebelah kanan bawah, seorang duduk menghadapi kolintang yang terdiri dua deret gong masing-masing satu deretan terdapat lima gong.
Kolintang Gong ini masih dapat di temukan di Airmadidi Bawah, wilayah Tonsea milik Ny. Kilapong dan Ny. Doodoh, yang hingga kini musik MAOLING digunakan mengiringi Tari MAPURENGKEY, pada upacara perkawinan (6*).
Apabila kita kumpulkan nama instrumen alat musik Gong di wilayah Nusantara dan Filipina, yang mirip dengan kata KOLINTANG akan terlihat sebagai berikut :

KOLINTANG : Nama alat musik Gong di Minahasa;
GOLINTANG (GORINTANG) : Nama alat musik di Bolaang-Mongondouw;
KELINTANG : Nama alat musik Gong di Sumatera yang di jadikan perbandingan nama KOLINTANG oleh penulis N. Graafland sebagai berikut (8*) : ...De KOLINTANG (Minahasa) op Sumatera heet zij KULINTANG (Terjemahan bebas : ...KOLINTANG (Minahasa) di Sumatera bernama KULINTANG.
KULINTANG : Nama alat musik Gong di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera (9*)

Dari nama-nama leluhur Minahasa jaman lampau seperti : Lintang, Lumintang, Lantang, Lintong, yang berhubungan dengan nama alat musik gong dan keterangan bunyi alat musik logam tersebut, TANG, TONG. Menunjukkan bahwa alat musik gong KOLINTANG itu sudah lama dikenal orang Minahasa, yang jaman tempo dulu punya nilai yang tinggi di masyarakat dan hanya pemimpin masyarakat yang memilikinya yakni dari golongan TONAAS dan WAILAN.
Dapat diambil kesimpulan bahwa leluhur (Opo’) yang mengambil nama dari alat musik Gong ini memiliki status sosial yang tinggi di masyarakat.
Satu buah alat musik Gong dinamakan ”Momongan”, satu deretan momongan disebut KOLINTANG terdiri dari lima Gong (Penthatonis), Gong besar disebut ”Antung” atau ”Rambi”. Orkes musik MAOLING terdiri dari : Kolintang (Melodi), Momongan, Antung (Bass), Suling dan Tambor (Letek).

Cerita rakyat Minahasa mengenal Dewa alat musik ketuk Xylophone dari kayu (kolintang kayu ) bernama TINGKULENGDENG, yang mengetuk-ngetuk bilah kayu (10*) satu masa hidup dengan dewa MUNTU-UNTU abad ketujuh (11*)
Kemudian ada dewa alat musik gong bernama KOLANTUNG (Antung = Gong besar) namanya tidak terdapat dalam daftar dewa-dewi tulisan DR. J.G.F. Riedel, kemungkinan masa hidupnya setelah abad ketujuh.

KOLINTANG KAYU

Alat musik pukul (Diophone) Kolintang Minahasa, sekarang ini berbentuk xylophone kayu dengan tangga nada diatonis (do – re – mi – fa – so – la – si – do ). Karena alat musik kolintang Minahasa sekarang ini terbuat dari kayu dan bukan dari bahan logam seperti jaman tempo dulu, maka kita perlu meneliti alat musik pukul (Diaphone) Minahasa dari bahan kayu atau bambu.
Bahan data sudah sangat sulit ditemukan, hingga harus kembali meneliti semua alat bunyi-bunyian Minahasa yang terbuat dari kayu atau bambu seperti TETENGKOREN berbagai jenis dan TENGTENGEN.
Xylophone bambu yang disebut TENGTENGEN (12*) adalah satu-satunya alat musik purba Minahasa yang masih ada dan pernah dilihat oleh penulis di Tomohon tahun 1956.
Hasil penelitian alat musik Xylophone bambu dan kayu Minahasa tertulis dalam kertas berjudul perkembangan Instrumen musik kolintang pada pusat latihan kesenian Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, proyek peningkatan mutu, pelatih seni budaya tahun 1991. BAB. Kolintang Tritonis. Dalam bentuk ceramah pada workshop pelatih musik kolintang se-DKI.1991.
Dalam makalah ini saya perbaiki lagi karena pengertian KOLINTANG TRITONIS adalah musik gong, seharusnya TENGTENGEN TRITONIS yang terdiri dari tiga potong bambu bernada do (1), re (2), mi (3) diletakkan di atas dua batang pisang yang diletakkan sejajar lalu diketuk-ketuk dengan sepotong kayu. Dinamakan musik kobong (kebun), karena hanya dimainkan di kebun oleh petani ketika istirahat makan siang sekitar jam 11.00.

Not dimankan sebagai berikut

Irama 4/4 3 / 33 33 3 01 / 22 31 2 03 / 1 . 1 1 /
/ 22 22 2 0 / 0 dimainkan berulang-ulang

Tapi apabila dimainkan oleh tiga orang, maka alat musik itu ada tiga buah dengan nada berbeda, alat musik pertama disebut INA’ (ibu), mengambil alih fungsi melodi, alat kedua disebut KARUA dan alat ketiga disebut KATELU atau LOWAY.
Kemungkinan besar not Tritonis asli Minahasa purba adalah : Do (1), Re (2), Mi (3) dan nada tritonis : Mi (3), Sol (5), La (6) adalah pengaruh nada kolintang gong.
Asal nama-nama INA’ (Ibu), KARUA dan LOWAY (bayi lelaki) kemungkinan besar dari nama-nama ukuran TETENGKOREN, yang kecil disebut ’INA, yang sedang disebut KARUA atau AMA’ (ayah) yang besar disebut LOWAY (anak) berhubungan erat dengan nama-nama leluhur pertama Minahasa LUMIMUUT (Ibu) dan TOAR (Anak, sekaligus Suami).
Menurut para supranatural lobang tetengkoren itu simbol kemaluan wanita. Mengapa Ibu itu utama dan lebih kecil dari anak..? Para supranatural menjelaskan menurut logika mereka, Lipan (kakisaribu) besar dinamakan KARAMKAN dengan sebutan ”Salina ni Karema” (selimut dewi karema) dan binatang kecil yang dinamakan ”Anjing Tanah” yang besarnya seperempat dari Lipan (kakisaribu) mendapat sebutan ”Ina’ni Kama” (Ibu dari kakisaribu).
Susunan lengkap alat musik ”Orkes Kobong” TENGTENGEN. Lagu yang dimainkan oleh TENGTENGEN – INA’ yang berirama walz sering diikuti oleh beberapa wanita tua peserta mapalus menari :

¾ Walz pengaruh Spanyol.
5 / 6 6 5 / 3 3 5 / 6 6 5 / 3 3 3 / 3 3 3 /
/ 5 3 3 / berulang – ulang

Keberadaan musik TENGTENGEN – KAYU dari bahan kayu ”Wu’nut”, hanya tinggal nama disebut ”Kolintang wu’nut”, bertangga nada Penthatonia (liam nada) dari bilah – bilah kayu. Ada informasi bahwa ”musik Kobong ” terbuat dari kayu, pernah dimainkan oleh orang-orang Tomohon yang menyingkir ke gunung Tampusu, dan penduduk Airmadidi yang menyingkir ke kaki Gunung Kalabat ketika Jepang masuk ke Minahasa tahun 1942-1943, jaman Perang Dunia ke-II.
Hingga sekarang ini Xylophone kayu TENGTENGEN, masih dimainkan para petani di kebun ladang atau sawah di wilayah Tonsea, Minahasa Utara. Jantje Dungus menjelaskan, bahwa potongan kayu bilah-bilah nada disebut PAMENGKELAN dan nama sepotong kayu sebagai alat pemukul di sebut TE-TENGTENG (13*)
Nama alat musik Xylaphone kayu bertangga nada Penthatonis Minahasa tidak lagi diketahui, hanya disebut ”Kolintang Wu’nut”, di Jakarta dinamakan GAMBANG bertangga nada penthatonis : do (1), re (2), mi (3), sol (5), la (6) seperti lagu Gambang Kromong Benyamin.S, berjudul ”Ondel-Ondel”, di Filipina disebut GABBANG.
Tangga nada penthatonis Minahasa hanya dapat ditelusuri melalui penelitian lagu-lagu tua Minahasa yang bertangga nada penthatonis OWEY dan Penthatonis ROYOR. Ada kebingungan untuk menentukan mana yang OWEY dan mana yang ROYOR, tapi dengan bantuan seorang pakar tari maengket Bapak Titus Loho, dapat ditentukan bahwa Penthatonis ROYOR bertangga nada : do (1), re (2), mi (3), sol (5), la (6) pengaruh tangga nada kolintang gong, dan tangga nada Penthatonis OWEY : mi (3), sol (5), la (6), si (7), do (1).
Dapat dipastikan ada dua jenis ”Kolintang Wu’nut” (Kolintang kayu) yang dimainkan pada upacara yang berbeda, Tari ”Kumoyak” oleh Kabasaran menggunakan Tangga nada Penthatonis ROYOR.

No comments:

Post a Comment