Kehidupan masyarakat saat ini memang sudah jauh berbeda
dari kehidupan masyarakat dahulu. Nilai-nilai budaya di masyarakat seperti
saling menghargai, baku bantu dengan baku hormat sudah mulai menurun. Budaya
orang Minahasa mulai tergeser dengan masuknya budaya barat dan perkembangan
teknologi yang sangat pesat. Masuknya budaya barat sangat jelas membawa dampak
besar bagi masyarakat, diantaranya cara berpakaian, penggunaan bahasa asing
lebih disukai daripada bahasa daerah serta perilaku – perilaku yang meniru
lainnya.
Masuknya budaya luar yang diikuti perkembangan
teknologi, menjadikan teknologi sebagai faktor utama yang membuat budaya luar
bertahan dan bahkan sudah mengancam kehidupan budaya asli Minahasa. Bahkan saat
ini kita sedang hidup dalam ketergantungan pada teknologi. Tak ada yang salah
dengan teknologi tapi kitalah yang harus pintar memilih dan memilah mana yang
baik dan buruk dalam memanfaatkan teknologi. Memang kita sekarang sudah hidup
dan akan terus hidup dengan ketergantungan akan teknologi tapi bukan berarti
kita harus mengorbankan budaya asli kita untuk bisa menikmati kehidupan yang
berteknologi.
Anak-anak
yang harusnya menjadi penerus dan
pemelihara kebudayaan asli Minahasa sudah mulai tidak peduli lagi dengan
kebudayaan. Kalaupun ada yang peduli itu hanya sedikit saja. Cara
hidup,
sejarah, bahkan bahasa daerah sudah tidak diketahui lagi oleh mereka.
Media
sosial seperti Twitter, Facebook, BBM mereka kuasai, tapi budaya daerah
tak
mereka ketahui. Manusia yang adalah makhluk sosial sekarang telah
berubah menjadi
makhluk media sosial. Media sosial tidak salah tapi cara pemanfaatannya
yang
sering salah. Padahal partisipasi aktif kaum muda sangat dibutuhkan
apalagi
dalam menjaga dan melestarikan situs budaya seperti Waruga.
Situs Budaya Waruga yang ada di Desa Tonsewer Tompaso, Minahasa
Teknologi yang awalnya dimanfaatkan secara salah sampai
hampir merusak budaya, maka saat ini kita juga bisa memanfaatkan teknologi
untuk mengambalikan dan membangun kembali Budaya Asli Minahasa. Contohnya saat
ini dengan minat orang akan media sosial yang semakin tinggi maka kita bisa
menjadikan media sosial menjadi media penyebaran seni dan budaya. Membuat posting
– posting mengenai Budaya Minahasa dan menyebarkannya lewat media sosial agar
bisa dibaca banyak orang, bukan hanya Tou Minahasa tapi juga bisa dibaca oleh
seluruh dunia.
Jika
sudah seperti ini maka tugas kita sekarang
adalah mengembalikan kesadaran untuk bisa menjaga dan melestarikan
budaya asli
daerah dalam hal ini Budaya Minahasa secara khusus dan Sulawesi Utara
pada umumnya.
Pembangunan dan Modernisasi kota besar sudah seharusnya dibarengi dengan
Pelestarian Budaya. Ada satu Putra asli daerah yang sudah memulainya,
yakni Bpk. Irjen Pol. Dr. Benny J. Mamoto, SH. MSi. Kepedulian akan
budaya asli Minahasa
diperlihatkannya dengan kegiatan-kegiatan guna pelestarian budaya
Minahasa
bahkan beberapa diantaranya sampai memecahkan rekor MURI bahkan rekor
dunia.
Piagam - Piagam Rekor MURI dan Guinness World Record
Manfaatkan teknologi secara bijak sambil menyadari
peran kita sebagai pelestari budaya, maka kita akan menjadi Masyarakat Modern
yang Berbudaya. I Yayat U Santi.
No comments:
Post a Comment