Monday, 1 July 2013

Minahasa "Peradaban Modern Yang Berbudaya"

Kehidupan masyarakat saat ini memang sudah jauh berbeda dari kehidupan masyarakat dahulu. Nilai-nilai budaya di masyarakat seperti saling menghargai, baku bantu dengan baku hormat sudah mulai menurun. Budaya orang Minahasa mulai tergeser dengan masuknya budaya barat dan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Masuknya budaya barat sangat jelas membawa dampak besar bagi masyarakat, diantaranya cara berpakaian, penggunaan bahasa asing lebih disukai daripada bahasa daerah serta perilaku – perilaku yang meniru lainnya.
Masuknya budaya luar yang diikuti perkembangan teknologi, menjadikan teknologi sebagai faktor utama yang membuat budaya luar bertahan dan bahkan sudah mengancam kehidupan budaya asli Minahasa. Bahkan saat ini kita sedang hidup dalam ketergantungan pada teknologi. Tak ada yang salah dengan teknologi tapi kitalah yang harus pintar memilih dan memilah mana yang baik dan buruk dalam memanfaatkan teknologi. Memang kita sekarang sudah hidup dan akan terus hidup dengan ketergantungan akan teknologi tapi bukan berarti kita harus mengorbankan budaya asli kita untuk bisa menikmati kehidupan yang berteknologi.
Anak-anak yang harusnya menjadi penerus dan pemelihara kebudayaan asli Minahasa sudah mulai tidak peduli lagi dengan kebudayaan. Kalaupun ada yang peduli itu hanya sedikit saja. Cara hidup, sejarah, bahkan bahasa daerah sudah tidak diketahui lagi oleh mereka. Media sosial seperti Twitter, Facebook, BBM mereka kuasai, tapi budaya daerah tak mereka ketahui. Manusia yang adalah makhluk sosial sekarang telah berubah menjadi makhluk media sosial. Media sosial tidak salah tapi cara pemanfaatannya yang sering salah. Padahal partisipasi aktif kaum muda sangat dibutuhkan apalagi dalam menjaga dan melestarikan situs budaya seperti Waruga.

                                  Situs Budaya Waruga yang ada di Desa Tonsewer Tompaso, Minahasa

Teknologi yang awalnya dimanfaatkan secara salah sampai hampir merusak budaya, maka saat ini kita juga bisa memanfaatkan teknologi untuk mengambalikan dan membangun kembali Budaya Asli Minahasa. Contohnya saat ini dengan minat orang akan media sosial yang semakin tinggi maka kita bisa menjadikan media sosial menjadi media penyebaran seni dan budaya. Membuat posting – posting mengenai Budaya Minahasa dan menyebarkannya lewat media sosial agar bisa dibaca banyak orang, bukan hanya Tou Minahasa tapi juga bisa dibaca oleh seluruh dunia.
Jika sudah seperti ini maka tugas kita sekarang adalah mengembalikan kesadaran untuk bisa menjaga dan melestarikan budaya asli daerah dalam hal ini Budaya Minahasa secara khusus dan Sulawesi Utara pada umumnya. Pembangunan dan Modernisasi kota besar sudah seharusnya dibarengi dengan Pelestarian Budaya. Ada satu Putra asli daerah yang sudah memulainya, yakni Bpk. Irjen Pol. Dr. Benny J. Mamoto, SH. MSi. Kepedulian akan budaya asli Minahasa diperlihatkannya dengan kegiatan-kegiatan guna pelestarian budaya Minahasa bahkan beberapa diantaranya sampai memecahkan rekor MURI bahkan rekor dunia.

 Piagam - Piagam Rekor MURI dan Guinness World Record

Manfaatkan teknologi secara bijak sambil menyadari peran kita sebagai pelestari budaya, maka kita akan menjadi Masyarakat Modern yang Berbudaya. I Yayat U Santi.

No comments:

Post a Comment